Diantara keutamaan umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam ialah bahwa Islam adalah agama yang menanamkan di hati para pemeluknya kesadaran membalas budi baik, tidak boleh melupakan kepemurahan hati orang-orang tertentu dan harus mengingat baik-baik. Bahkan harus diwujudkan dengan pernyataan terima kasih kepada mereka, berdo’a untuk kebaikan mereka dan tetap mengakui keutamaan mereka sebagai hamba-hamba Allah SWT yang berbudi luhur.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menyuruh kita (umatnya) supaya bersikap demikian itu. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam berkata:
من اتى اليكم معروفاً فجازوه فان لم تجدوا فادعواله حتّى تعلموا ان قدكفأتمون
“Orang yang berbuat bajik kepada kalian, hendaklah ia kalian balas. Jika kalian tidak mampu membalas kebajikannya, maka doakanlah dia hingga kalian benar-benar mengerti (yakin) bahwa kalian sudah membalas kebaikannya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasa’i).
Didalam hadits yang lain disebutkan:
“Orang yang telah berbuat kebajikan kepada kalian, hendaklah kalian balas kebajikannya. Jika kalian tidak mampu membalas kebajikannya, maka doakanlah dia sampai kalian menyadari (yakin) bahwa kalian telah bersyukur (berterima kasih). Sungguhlah bahwa Allah mensyukuri (ketaatan hamba-hamba-Nya) dan menyukai hamba-hamba-Nya yang bersyukur.”
(Yang dimaksud “Allah mensyukuri…” adalah Allah SWT membalas amal kebajikan hamba-hamba-Nya dengan imbalan pahala, dengan memaafkan kesalahan-kesalahannya dan menambahkan karunia nikmat kepadanya—-penerj.)
Didalam hadits yang lain lagi disebut:
من اُعطى عطاءً فوجد فليجزبه , فان لم يجد فليثنّ فان من اثنى فقد شكر ومن كتم فقد كفر ومن تحلّى بمالم يعط كان كلابس ثوبى زورٍ
“Orang yang menerima pemberian, jika ia mampu hendaklah membalas pemberian itu. Jika tidak mampu hendaklah ia memuji pemberinya. Sebab memuji berarti ia sudah bersyukur (berterima kasih), sedangkan orang yang diam (tidak menyatakan terima kasih), berarti ia mengingkari pemberian itu, dan orang yang berbicara manis mengenai sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, ia sama dengan orang yang memakai dua baju kebohongan.” (Diriwayatkan oleh Turmudzi).
Ada pula hadits yang menyebut:
من أولى معروفاً اواسدي اليه معروفٌ فقل للّذي اسداه: جزاك الله خيرًا فقد ابلغ في الثّناءِ
“Orang yang dipercaya menerima makruf (seperti sedekah untuk disampaikan kepada fakir miskin), atau kebaikan diberikan kepadanya, lalu ia mengucapkan: jazakallahu khairan (Allah memberi balasan kepada Anda yang lebih baik), itu berarti ia sudah menyampaikan pujian (tsana)”
Masih ada hadits lainnya yang menyebut:
اذا قال الرَّجل : جزاك خيرًا فقد ابلغ في الثّناءِ
“Jika orang mengucapkan jazakumullah khairan, berarti ia telah menyatakan pujian.” (Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Ash-Shaghir).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani