Di antara kemuliaan umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ialah bahwa Allah SWT melimpahkan keyakinan yang sebesar-besarnya kepada umat ini. Mengenai hal itu Al-Ma’shum Sayyidina Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan kesaksiannya:
ما اعطيت امة من اليقين افضل مما اعطيت امتى
“Tiada umat yang dianugerahi keyakinan lebih afdhal (utama) daripada yang dianugerahkan Allah kepada umatku.”[1]
Yakni: tiada umat lain yang hatinya oleh Allah dilimpahi sinar cahaya untuk dapat membuka dada guna mengenal-Nya hingga dapat ber-mujahadah melawan nafsunya sendiri berdasarkan jalan yang selurus-lurusnya, hingga masalah akhirat bagi mereka seolah-olah dapat dilihat dengan terang dan nyata …. Tidak ada umat lain yang beroleh limpahan karunia lebih utama atau sama dengan yang dilimpahkan Allah kepada umatku (beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam).
Umat-umat terdahulu tidak memperoleh hal itu, kecuali seorang demi seorang. Allah SWT mengaruniai umat ini (umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) dengan mengenal ta’addub (tata krama terhadap Allah) dan didekatkan kedudukan mereka di sisi-Nya sedekat-dekatnya. Di dalam Taurat Allah menamai mereka shafwatur-Rahman (pilihan Yang Maha Pengasih). Di dalam Injil mereka disebut sebagai ulama’, ‘ulama, abrar, dan atqiya’ (orang-orang yang sabar, orang-orang berilmu, orang-orang yang patuh, dan orang-orang bertakwa). Dengan demikian maka keutamaan yang dikaruniakan Allah kepada umat ini sesungguhnya adalah sinar cahaya untuk menanggalkan penutup hati mereka hingga berbagai masalah dapat mereka lihat dengan terang.
قل ان الهدى هدى الله ان يؤتى احد مثل ما اوتيتم
Katakanlah (hai Nabi), sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) adalah petunjuk Allah, dan (janganlah engkau percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu. (QS. Alu ‘Imran: 73).
Para ulama mengatakan, bahwa yaqin (keyakinan) berbeda-beda, terbagi dalam tiga peringkat, yaitu ‘ilmul-yaqin, ‘ainul-yaqin, dan haqqul-yaqin. ‘Ilmul-yaqin adalah pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan dan istidlal (dalil argumentasi). Ainul-yaqin adalah kesanggupan melihat hal-hal yang gaib seperti menyaksikan hal-hal yang kasat mata. Sedangkan haqqul-yaqin adalah kesanggupan menyaksikan hal-hal yang gaib demikian lekat dan terpadu dengannya.
As-Sariy As-Suqthiy mengatakan, “ Al-yaqin adalah ketenangan Anda pada saat terjadinya berbagai gejolak di dalam dada (yakni di dalam hati), karena Anda yakin benar bahwa kesedihan Anda karena gejolak itu tidak bermanfaat bagi Anda dan tidak akan mendatangkan sesuatu yang Anda perlukan.”
Pada bagian pertama buku ini hendak kami sebutkan kekhususan-kekhususan umum (ciri-ciri umum) yang dikaruniakan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Kemudian setelah itu kami sebutkan secara rinci tentang berbagai kekhususan yang berkaitan dengan amal-amal peribadatan.
Sumber : Terj. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani
[1] Diriwayatkan oleh Al-Hakim, berasal dari Sa’ad bin Mas’ud Al-Kindi.