Berzikir adalah salah satu di antara empat hal yang mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia mendatangkan kepercayaan yang mantap kepada diri sendiri, menghiasi kehidupan pelakunya dengan istiqomah (kelurusan dan kemantapan), membuatnya sangat menyukai amal perbuatan yang baik dan benar serta akan membuatnya dapat berpikir benar. Mengenai empat hal tersebut Ibnu Abbas r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
اَرْبَعٌ مَنْ اُعْطِيَهُنَّ فَقَدْ اُعْطِىَ خَيْرَيِ الدُّنْيَا وَاْلاٰخِرَةِ: قَلْبًا شَاكِرًا لِسَانًا ذَاكِرًا وَبَدَنًا عَلَى الْبَلَاءِ صَابِرًا وَزَوْجَةً لَا تَبْغِيْهِ فِى نَفْسِهَا وَمَالِهِ
“Barangsiapa dikaruniai empat (hal, perkara) berarti ia telah dikaruniai dua kebaikan dunia dan akhirat. (Yaitu), hati yang (senantiasa) bersyukur, lidah yang (selalu) berzikir, sabar menghadapi cobaan jasmani, dan isteri yang tidak berpamrih menguasai dirinya dan harta kekayaannya.” (Diriwayatkan oleh Thabrani).
Berzikir mengingat Allah SWT akan mengantarkan pelakunya kepada derajat (martabat) tinggi di dalam surga. Dan ia diangkat ke surga tertinggi dalam keadaan ia berada di atas hamparan permadani. Mengenai itu Abu Sa’Id Al-Khudri r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata:
لَيَذْكُرُنَّ اللّٰهَ اَقْوَامٌ فِى لدُّنْيَا عَلَى الْفَرَشِ الْمُمَهَّدَةِ يُدْ خِلُهُمْ الدَّرَجَاتِ الْعُلَى
“Orang-orang yang (selagi hidup) banyak berzikir, dalam keadaan berada di atas hamparan permadani Allah akan mengangkat mereka ke martabat setinggi-tingginya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya).
Berzikir mengingat Allah SWT (menyebut nama-Nya) dapat menerangi dan menghidupkan hati, menghilangkan daki-dakinya dan menuntun kepada kebenaran sehingga orang yang senantiasa berzikir itu hatinya menjadi hidup. Sedangkan orang yang tidak mau berzikir hatinya rusak, gelap, dan mati. Mengenai itu Abu Musa Al-Asy’ari r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah menyatakan:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لَا يَذْكُرُ اللّٰهَ مِثْلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Bedanya antara orang yang selalu berzikir dan yang tidak pernah berzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang mati.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Hanya saja menurut Muslim lafal hadits tersebut adalah, “Bedanya antara rumah yang di dalamnya disebut-sebut nama Allah (dzikrullah) dan yang tidak … dst.)
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani