Berzikir (senantiasa ingat dan menyebut Allah SWT) adalah amal perbuatan kita yang terbaik, tersuci di sisi Allah SWT dan merupakan sarana terbaik untuk meningkatkan derajat kita; bahkan lebih baik daripada berperang melawan musuh tanpa keikhlasan hati. Mengenai itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata:
“Maukah kalian kuberi tahu tentang amal perbuatan kalian yang terbaik dan tersuci di sisi Allah, Tuhan kalian, dan yang akan lebih mempertinggi derajat kalian serta lebih baik daripada menginfakkan emas dan perak, bahkan lebih baik daripada kalian berhadapan dengan musuh kalian untuk berpenggal-penggalan leher?” Para sahabat menyahut, “Benar, kami mau!” Beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam lalu menjawab, “Berzikir (menyebut nama) Allah!” Ketika itu Mu’adz bin Jabal (turut berkata), “Tidak ada sesuatu yang lebih dapat menyelamatkan (manusia) dari azab Allah selain dzikrulldh (berzikir menyebut nama Allah).” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu ‘Abid-Dunya, Turmudzi dan lain-lain).
Berzikir merupakan amalan yang dapat membuat hati mengkilat (bersih) dan terang-benderang serta menyelamatkan manusia dari azab Allah SWT. Mengenai itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
“Segala sesuatu ada sepuhannya (dapat disepuh agar bersih mengkilat). Sepuhannya hati ialah dzikrullah, dan tidak ada sesuatu yang lebih dapat menyelamatkan (manusia) dari azab Allah daripada dzikrullah.” Para sahabat bertanya, “Jihad dijalan Allah juga tidak, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “(Ya), walaupun orang memukul (musuh) dengan pedangnya hingga patah!” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abid-Dunya dan Al-Baihaqi).
Hadits lain yang semakna, tetapi dengan lafal yang agak sedikit berbeda menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata:
“Tidak ada amal perbuatan dilakukan oleh seorang manusia (Adamiy), yang dapat lebih menyelamatkannya dari azab (seperti) dzikrullah Ta’ala. Ada yang bertanya, “Jihad dijalan Allah juga tidak, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Jihad dijalan Allah juga tidak, kecuali jika orang memukul (musuh) dengan pedangnya hingga patah.” (Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam Ash-Shaghir dan Al Ausath).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani