Di antara beberapa kemuliaan yang dilimpahkan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang senantiasa berzikir (ingat kepada Allah SWT) ialah fadhllah dan ganjaran pahala. Banyak sekali ungkapan yang baik-baik mengenai itu. Beberapa di antaranya akan kami sebutkan— insya Allah—seperti di bawah ini.
Yang pertama adalah, bahwa dengan berzikir seorang hamba Allah SWT beroleh kekhususan tertentu. Tidak ada kekhususan lain yang lebih mulia daripada kekhususan yang didapat oleh orang yang senantiasa berzikir. Kekhususan itu ialah, bahwa ia senantiasa beserta Allah SWT, Al-Haq. Selain itu ia pun selalu disebut-sebut oleh para malaikat di langit. Mengenai itu Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan, Allah SWT bersabda yang artinya:
“Aku ada pada dugaan baik hamba-Ku tentang Aku, dan Aku menyertainya bila ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam dirinya, Aku pun mengingatnya di dalam diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di kalangan sejumlah manusia, Aku pun akan menyebutnya di kalangan manusia-manusia yang lebih baik. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, ia Kudekati sehasta, dan jika ia mendekati-Ku sehasta Aku akan mendekatinya dua hasta, dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, ia akan Kudatangi dengan berlari-lari.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Turmudzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majjah).
Ia memperoleh kedudukan semulia itu tidak hanya karena menghadapkan diri kepada Allah SWT dan sibuk berzikir. Allah SWT telah bersabda dalam sebuah hadits qudsi:
انامع عبدي اذ اهوذكرني وتحرّكت بي شفتاه
“Aku beserta hamba-Ku jika ia berzikir mengingat-Ku dan dua bibirnya bergerak-gerak menyebut-Ku.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Zikir adalah suatu amalan yang sangat disukai Allah SWT. Mu’adz bin Jabal r.a. mengatakan, “Pembicaraan terakhir sebelum aku berpisah dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam (bertugas di Yaman), aku bertanya kepada beliau, “Perbuatan apakah yang paling disukai Allah?” Beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjawab, “Engkau mati dalam keadaan lidahmu basah karena berzikir (menyebut) Allah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abid-Dunya dan Thabrani. Diketengahkan juga oleh Al-Bazzar dengan lafal sedikit berbeda, dan diketengahkan juga oleh Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani