Fadhilahnya puasa mutlak banyak, beberapa di antaranya adalah Allah SWT menghubungkan pahala puasa dengan Dzat-Nya sendiri, tidak seperti pahalanya ibadah-ibadah lainnya. Di dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT bersabda:
الصوم لي وأنا أجزي به
“Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah Yang memberi ganjaran pahala atasnya.”
Artinya adalah bahwa Allah SWT mengkhususkan atau mengistimewakan ibadah puasa dari ibadah-ibadah yang lain, dengan menghubungkan atau mengaitkannya dengan Dzat-Nya sendiri. Pengaitan yang bersifat penghormatan disertai pengumuman bahwa ganjaran pahala puasa sedemikian tinggi hingga tak dapat dibayangkan atau dijangkau dengan akal pikiran manusia. Puasa itu sendiri, menurut zatnya (esensinya) tidak mendekatkan manusia dengan Allah SWT. Kita saksikan para pemuja patung berhala dan bintang-bintang. Pemujaan itu sebenarnya tidak ditujukan kepada patung-patung berhala dan bintang-bintang, sebab mereka tidak berkeyakinan bahwa benda-benda yang mereka puja itu adalah efektif (fa’alah) dengan sendirinya. Jadi puasa mereka pada hakikatnya adalah diperuntukkan tuhan-tuhannya berhala dan bintang-bintang. Selain itu dalam ibadah puasa terdapat isyarat yang menunjukkan rahasia ash-shamadiyyah (ketergantungan segala sesuatu kepada Allah SWT). Suatu hal yang tidak terdapat di dalam ibadah-ibadah lainnya. Lagi pula masalah tidak makan dan tidak minum serta meninggalkan semua selera sesungguhnya adalah termasuk sifat-sifat ketuhanan, karena Allah SWT sama sekali tidak memerlukan dan tidak membutuhkan apa pun. Dalam hal itu puasa mengandung segi-segi yang sesuai dengan sifat-sifat ketuhanan. Oleh karena itulah Allah mengaitkan ibadah puasa dengan Dzat-Nya sendiri. Atas dasar pengertian itulah Al-Qurthubiy mengatakan: Maknanya adalah bahwa semua amal ibadah para hamba Allah adalah sesuai dengan keadaan mereka, kecuali puasa. Puasa adalah sesuai dengan salah satu dari sifat-sifat Al-Haq (Allah), sehingga seolah-olah Allah bersabda, “Sesungguhnya puasa adalah pendekatan kepada-Ku, karena soal itu termasuk salah satu dari sifat-sifat-Ku.”
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani