Keistimewaan khusus juga diberikan Allah SWT kepada orang yang berpuasa, bahwa segala keadaannya adalah ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Ia diam meninggalkan pembicaraan yang tidak perlu, itu adalah taat. Ia tidur untuk memupuk daya tahan agar dapat menunaikan puasa dengan sempurna, itu pun taat. Sebuah hadits menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
صمت الصّائم تسبيح ونومه عبادة ودعاؤه مستجاب وعمله مضاعف
“Diamnya orang berpuasa adalah tasbih, tidurnya adalah ibadah, doanya mustajab, dan amalnya terlipatgandakan.” (Diriwayatkan oleh Ad-Dailami dari Ibnu ‘Umar r.a.).
Saat berbuka puasa gembira karena bersyukur, itu adalah ibadah, dan pada saat itu doanya mustajab. Hal itu disebut dalam sebuah hadits:
للصّائم عند إفطاره دعوة مستجابة
“Bagi orang yang berpuasa, pada saat ia berbuka doanya mustajab.” (Diketengahkan oleh Ibnu Majah, Al-Hakim, Abu Dawud, dan Al-Baihaqi).
Bahkan pada saat berbuka, orang berpuasa dimasukkan ke dalam golongan yang dikaruniai kebahagiaan oleh Allah SWT. Ia dicatat sebagai salah seorang yang akan dibebaskan dari neraka. Mengenai itu sebuah hadits menuturkan:
إنّ الله تعالي عند كلّ فطر عتقاء من الناّر وذلك في كلّ ليلة
“Pada setiap saat berbuka puasa, Allah SWT menetapkan hamba-hamba-Nya yang akan dibebaskan dari neraka, dan itu pada setiap malam.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad, Thabrani, dan Al-Baihaqi).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani