Keistimewaan yang juga dikhususkan Allah SWT bagi orang-orang yang berpuasa, di dalam Alquran mereka disebut As-Saihun (QS. At-Taubah: 112). Banyak para ulama tafsir, yang menafsirkan lafal As-Sa-ihun (orang-orang yang mengembara) dengan Ash-Sha’imun (orang-orang yang berpuasa). Karena orang-orang yang berpuasa itu sesungguhnya mereka sedang mengembara menuju kepada keridaan Allah ‘Azza waJalla. Disebut mengembara karena mereka meninggalkan hal-hal yang menjadi kebiasaannya, menderita, jerih payah, lapar, dan dahaga.
Di dalam Alquran (QS. Az-Zumar: 10) lafal Ash-Shabirun (orang-orang yang sabar), oleh banyak ulama ahli tafsir, ditafsirkan Ash-Sha’imun (orang-orang yang berpuasa). Di dalam bahasa Arab nama ash-shabr termasuk di antara beberapa kata nama ash-shaum, yakni kata ash-shabr (sabar) adalah semakna dengan ash-shaum (puasa). Tegasnya adalah, bahwa setelah orang mengembara dengan sabar menuju keridaan Allah SWT, usai berpuasa dan mengembara dengan sabar ia akan dapat mencapai tujuannya, yaitu terlimpahnya pahala, karunia dan kepemurahan Allah SWT kepadanya sedemikian banyak hingga tak ada yang dapat menghitungnya selain Rabul-Arbab (Allah) sendiri.
Allah SWT juga telah berfirman:
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Tidak seorang pun mengetahui apa yang tersembunyikan bagi mereka (berbagai macam nikmat)yang menyedapkan pandangan mata, sebagai imbalan atas apa yang telah mereka perbuat.” (QS. As-Sajdah: 17).
Yakni ganjaran pahala yang diberikan kepada mereka sebagai imbalan atas perbuatan baik mereka, berupa keindahan dan kebahagiaan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terbayangkan dalam hati dan pikiran manusia. Imbalan pahala demikian itu ialah imbalan pahalanya berpuasa.
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani