Keistimewaan lainnya yang dikhususkan Allah SWT bagi orang-orang yang berpuasa ialah, bahwa puasa tathawuru’ (puasa sunnah) yang mereka lakukan nilai pahalanya setara dengan emas yang berada di seluruh lapisan bumi. Mengenai itu Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah berkata:
لو أنّ رجلا صام تطوّعا ثمّ أعطي ملء الأرض ذهبا لم يستوفي ثوابه دون يوم الحساب
“Seumpama orang yang berpuasa tathawwu’ satu hari, lalu kepadanya diberikan emas yang berada di seluruh lapisan bumi, itu belum memadai ganjaran pahala yang diterimanya (berupa kebebasan dari keharusan menghadapi hari perhimngan) yaumid-hisab” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Thabrani).
Juga merupakan kemuliaan yang dikhususkan Allah SWT bagi orang-orang yang berpuasa, bahwa Allah SWT telah menetapkan: Orang yang membuat dirinya sendiri kehausan pada hari yang sangat panas, Allah SWT niscaya akan memberinya minum pada waktu orang-orang lain kehausan di Hari Kiamat.
Dahulu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah menugasi Abu Musa Al-Asy’ari memimpin sariyyah (operasi keamanan) di laut. Pada malam gelap gulita mereka (pasukan sariyyah) telah mengangkat layar perahu, tetapi tiba-tiba dari atas mereka terdengar suara, “Hai semua yang berada di perahu, berhentilah, akan kuberitahukan kepada kalian suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah!” Abu Musa menyahut, “Ya, beri tahulah kami jika engkau benar-benar hendak memberitahu!” Suara itu menjawab, “Sungguhlah, bahwa Allah SWT telah menetapkan ketentuan, bahwa barangsiapa yang membuat dirinya haus di hari yang panas, demi keridaan Allah semata-mata, pada hari ia kehausan (yakni Hari Kiamat kelak) Allah akan memberinya minum.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas r.a.).
Hadits yang lain menyebutkan, “Allah SWT telah menetapkan ketentuan, bahwa orang yang kehausan di hari yang panas, semata-mata demi keridaan Allah, pada Hari Kiamat kelak Allah niscaya akan menghilangkan dahaganya (memberinya minum).” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abid-Dunya).
Sumber riwayat yang menuturkan hadits tersebut di atas mengatakan: Abu Musa (sejak itu) dengan sengaja menantikan tibanya hari-hari panas terik untuk berpuasa, dalam suasana banyak orang lainnya yang merasa terkelupas kulitnya karena sengatan terik matahari.
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani