Fadhilah-nya Memberi Pinjaman (Uang atau Barang) dan Memberi Kelonggaran kepada yang Kesusahan bagian ke-3
Fadhilah lainnya lagi ialah orang berpiutang yang demikian itu dikabulkan doa permohonannya, dihindarkan dari kesusahan, dihapuskan dosa-dosanya hingga saat ia bertobat, dan terlindungi dari sengatan panas neraka Jahannam, bahkan setiap hari dipandang bersedekah yang bernilai sama dengan piutangnya (uang yang diutangkannya). Semuanya itu berdasarkan pernyataan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam telah berkata:
من اراد ان تستجاب دعوته وتكشف كربته فليفرج عن معسر
“Siapa yang ingin dikabulkan doanya dan disingkirkan kesusahannya hendaklah ia membebaskan orang yang kesusahan (dari utangnya).” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abid-Dunya di dalam Ishthina’ul-ma’ruf).
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam juga berkata:
من انظر معسرا الى ميسرته انظره الله بذنبه الى توبته
“Siapa yang menangguhkan piutangnya dari orang yang kesusahan sampai ia berkelonggaran (untuk dapat mengembalikannya), Allah menangguhkan dosa-dosanya hingga ia bertobat.” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abid-Dunya dan Thabrani).
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam juga telah berkata:
من انظر معسرا او وضع له, وقاه الله من فيح جهنم
“Siapa yang menangguhkan pengembalian utang orang yang kesusahan atau membebaskannya dari kewajiban mengembalikannya, Allah akan memeliharanya (melindunginya) dari sengatan panas api neraka Jahannam.” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abid-Dunya).
Sebuah hadis menuturkan :
دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم المسجد وهو يقول: ايكم يسره ان يقيه الله عز وجل من فيح جهنم ؟ قلنا : يا رسول الله كلنا يسره. قال : من انظر معسرا او وضع له وقاه الله عز وجل من فيح جهنم
“(Pada suatu hari) Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam masuk ke dalam masjid seraya bertanya, ‘Siapakah di antara kalian yang ingin dilindungi Allah Azza waJalla dari sengatan panas neraka Jahannam?’ Kami (para sahabat) menyahut, ‘Ya Rasulullah, kami semua sangat menginginkannya!’ Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam lalu berkata, ‘Barangsiapa yang menangguhkan (pengembalian utang) orang yang berkesusahan, atau membebaskannya dari keharusan mengembalikan utangnya, Allah ‘Azza wa Jalla akan melindunginya dari sengatan panas neraka jahannam.’” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu ‘Abid-Dunya).
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam juga berkata:
“Siapa menangguhkah pengembalian utang orang yang kesusahan sebelum tiba waktu pengembaliannya, maka setiap harinya ia beroleh pahala sedekah. Jika waktu pengembalian tiba, lalu sesudah itu ia menangguhkan pengembaliannya, maka baginya setiap hari mendapat dua kali pahala sedekah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ma-jah, Imam Ahmad, dan Al-Hakim).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam juga telah memberitahu kita (umatnya), pada zaman sebelum zaman kita ada seorang yang sangat mementingkan diri sendiri hingga berani menerjang larangan Allah SWT. Namun Allah SWT memaafkannya karena ia suka memaafkan orang, tidak menyakiti hati orang-orang yang berutang kepadanya dan sabar terhadap mereka. Karena itu Allah SWT mengaruniakan kepemurahan-Nya kepada orang itu lalu dimasukkan ke dalam surga.
Mengenai itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam berkata, “Dahulu ada seorang yang sama sekali tidak pernah berbuat kebajikan. Ia memberi utang kepada orang banyak. Ia berkata kepada pesuruhnya, ‘Tagihlah orang yang berkelonggaran dan biarkan saja orang yang sedang kesusahan.’ Setelah orang itu meninggal duina, Allah SWT bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau telah berbuat banyak kebajikan?’ Orang itu menjawab, ‘Tidak, hanya aku mempunyai seorang bujang (pesuruh) dan aku memberi utang kepada orang banyak. Ia kusuruh menagih.’ Kukatakan kepadanya, ‘Tagihlah orang yang sedang berkelonggaran dan biarkan saja orang yang sedang kesusahan. Lewati saja dia. Mudah-mudahan Allah SWT melewatkan kami dari dosa kesalahan kami.’ Setelah ia menjawab demikian, Allah memberi tahu, ‘Dosa kesalahanmu sudah Kulewatkan darimu.‘” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani.