Memberi Makan Orang Lapar adalah Kebiasaan Terbaik di dalam Agama Islam bagian ke-4
Dalam hadis lain yang semakna, disebut:
“Jika seorang isteri menyedekahkan sebagian dari milik suaminya, ia mendapat ganjaran pahala. Demikian pula suaminya. Ganjarannya yang satu dan yang lain tidak berkurang sedikit pun (sama). Sang suami beroleh ganjaran atas usahanya dan sang isteri mendapat ganjaran atas infaknya.” (Hadis hasan diriwayatkan oleh Turmudzl).
Di antara berbagai fadhilah yang dikaruniakan Allah SWT kepada orang yang suka menyantuni (fakir miskin) dan bersedekah dengan makanan serta minuman ialah, bahwasanya Allah SWT sangat menghargai orang yang memberi makan demi kemaslahatan orang yang diberi makan. Pada Hari Kiamat kelak orang yang diberi makan dapat memberi syafaat (pertolongan) kepada orang yang memberi makan, setelah orang yang memberi makan itu ditetapkan akan menjadi penghuni neraka.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menceritakan kepada kita kebaikan sifat seorang hamba Allah SWT, yang dilukiskan sebagai orang yang sangat berbakti kepada Allah SWT dan yang seorang lainnya yang tidak mementingkan diri sendiri. Dua orang itu berjalan mengarungi gurun sahara. Karena sangat kehausan dan tercekik dahaga orang yang berbakti itu jatuh terkulai. Ketika melihat ia tergeletak, temannya berkata, “Demi Allah, kalau hamba Allah yang saleh ini mati kehausan, sedangkan air ada padaku, dan dia tidak kuberi minum, tentu aku tidak akan mendapat kebaikan sama sekali dari Allah, tetapi kalau airku ini kuberikan kepadanya, pasti aku akan mati.” Setelah berkata demikian ia bertekad hendak bertawakal kepada Allah SWT. ia lalu menggunakan sebagian airnya untuk menciprati temannya yang tergeletak, dan yang sebagian lainnya diberikan juga kepadanya untuk diminum. Setelah teman yang jatuh itu bangun, dua-duanya lalu meneruskan perjalanan di gurun sahara….
(Di kemudian hari setelah dua-duanya meninggal dunia) orang yang berwatak mementingkan diri sendiri itu hendak menghadapi hisab (perhitungan baik-buruknya amal seseorang di dunia) ia disuruh berdiri dan diperintahkan menuju ke neraka. Ia lalu digiring oleh sejumlah malaikat. Pada saat itu ia melihat temannya yang saleh (abid), lalu memanggil-manggil, “Hai Fulan, apakah engkau tidak mengenalku?” Temannya bertanya, “Siapakah engkau?” Ia menjawab, “Saya si Fulan, yang ketika di gurun sahara dahulu lebih mementingkan dirimu daripada diriku sendiri!” Temannya menyahut, “Ya, aku mengenalmu!” Mendengar itu para malaikat yang menggiringnya berkata (kepada teman-temannya), “Berhentilah!” Orang saleh itu lalu menghampirinya, kemudian berdiri berdoa mohon kepada Tuhannya, Allah ‘Azza wa Jalla, “Ya Rabb, Engkau mengetahui budi baiknya orang itu kepadaku, bagaimana ia telah lebih mementingkan diriku daripada dirinya sendiri. Ya Rabb, serahkanlah ia kepadaku.” Tuhannya menjawab, “Ia Kuserahkan kepadamu!” Orang saleh itu lalu mendekati temannya dan menggandeng tangannya masuk ke dalam surga.” (Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam Al-Ausath).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani