Sedekah Mendinginkan Panas dalam Kubur bagi Orang yang Bersedekah bagian Ke-2
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam mengibaratkan nikmat Allah SWT dan rezeki yang dikaruniakan kepada hamba-Nya sebagai junnah—menurut hadis lainnya, bukan junnah melainkan jubah. Orang yang berinfak, setiap menginfakkan sebagian dari hartanya ia makin merasa lega beroleh tambahan nikmat lebih banyak lagi hingga dapat menutupi semua kebutuhan hidupnya. Sedangkan orang yang kikir, setiap saat hendak berinfak karena wataknya yang pelit dan kikir ia makin takut hartanya akan berkurang. Watak yang demikian itu menghalangi pertambahan hartanya dan menghalangi dirinya beroleh nikmat lebih banyak. Watak yang demikian itu tidak dapat menutup-nutupi apa yang hendak ditutupinya.
Orang yang gemar bersedekah memang menjadi sasaran iri hati, karena setiap orang berakal tentu ingin menjadi orang seperti dia, baik dalam hal martabat maupun derajatnya. Dalam hal itu mereka berusaha keras, bersaing dan berlomba-lomba untuk mencapai yang diinginkan. Itu merupakan usaha yang terpuji karena keterkaitannya dengan masalah kebajikan. Mengenai itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam telah menegaskan:
لاحسد الا في اثنين : رجل آتاه الله مالا فسلطه على هلكته في الحق ورجل آتاه الله حكمة فهو يقضي بها ويعلمها
“Tidak boleh ada iri hati kecuali mengenai dua hal: (Terhadap) orang yang dikaruniai harta oleh Allah, dan setelah ia menguasainya lalu menginfakkannya dijalan yang benar. (Kedua) terhadap orang yang oleh Allah dikaruniai hikmah (kearifan berpikir atau ilmu), lalu ia sendiri mengamalkan dan mengajarkannya.” (Hadis muttafaq alaih).
Dalam hadis yang dituturkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr disebut:
رجل آتاه الله القران فهو يقوم به آناء الليل وآناء النهار , ورجل اتاه الله المال فهو ينفقه آناء الليل وآناء النهار
“Orang yang Allah dikaruniai Alquran (kemampuan baca Alquran) dan ia membacanya siang dan malam. (Yang kedua) ialah orang yang oleh Allah dikaruniai harta lalu ia menginfakkannya siang dan malam.”
Dari hadis Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Bukhari, disebut:
رجل علمه الله القران فهو يتلوه آناء الليل وآناء النهار فسمعه جار له فقال: ليتني اوتيت مثل مثل ما اوتي فلان فعملت مثل ما يعمل. ورجل آتاه الله مالا فهو يهلكه في الحق , فقال رجل: ليتني اوتيت مثل ما اوتي فلان فعملت مثل ما يعمل
“Tidak boleh ada iri hati kecuali mengenai dua hal: (Pertama), orang yang diajari Allah membaca Alquran, kemudian ia membacanya siang dan malam serta didengar oleh tetangganya hingga berkata, ‘Alangkah beruntungnya saya jika saya beroleh karunia seperti yang diperoleh si Fulan itu, lalu saya dapat mengamalkannya seperti yang dia amalkan.’ (Kedua), orang yang dikaruniai Allah harta kekayaan lalu ia infakkan dijalan yang benar, kemudian orang (yang mengetahuinya) berkata, ‘Alangkah beruntungnya saya jika saya dikaruniai seperti yang dikaruniakan kepada si Fulan itu, kemudian saya dapat mengamalkan seperti yang diamalkan olehnya.‘”
Adalah termasuk fadhilah sedekah jika sedekah itu diberikan kepada kerabat karib, bahkan fadhilah-nya berlipat ganda. Mengenai itu Sulaiman bin ‘Amir r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menyatakan:
الصدقة على المسكين صدقة وعلى ذوي الرحم ثنتان صدقة وصلة
“Sedekah kepada orang miskin, pahalanya satu (kali) sedekah. Sedekah kepada karib kerabat pahalanya dobel: yaitu pahala sedekah dan pahala silaturrahmi.” (Diriwayatkan oleh An-Nasa’I, Turmudzl, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban. Al-Hakim mengatakan: isnad-nya sahih).
Abu umamah r.a. menuturkan bahwasannya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam, menyatakan:
ان الصدقة على ذي قرابة يضعف اجرها مرتين
“ sedekah kepada karib kerabat pahalanya dilipatkan dua kali.” ( Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam Al-kabir).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani