Sedekah Menghapus Dosa Betapapun Besarnya
Di dalam sebuah hadis dinyatakan, bahwa “sedekah memadamkan dosa”. Mengenai itu Abu Dzar (Al-Ghifari) r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam pernah bercerita kepadanya sebagai berikut, “Ada seorang dari Bani Israil yang tekun beribadah. Ia sudah biasa bersembah sujud kepada Allah di dalam kuilnya. Pada suatu hari ia berkata seorang diri: Kalau saya masuk ke dalam kuil lalu berzikir menyebut Allah tentu kebajikanku bertambah banyak. Ia lalu masuk ke dalam kuil membawa sepotong atau dua potong roti. Namun ketika ia masih berada di atas tanah (sebelum naik ke kuil) ia ditemui oleh seorang perempuan. Setelah beberapa lama bercakap-cakap pada akhirnya ia tergiur oleh perempuan itu lalu keduanya melakukan perbuatan tidak senonoh (perzinaan). Lelaki dari Bani Israil kemudian pergi ke sungai untuk mandi. Pada saat itu ia didatangi oleh seorang peminta-minta yang minta diizinkan mengambil dua potong roti kepunyaannya. Tidak lama kemudian orang dari Bani Israil itu meninggal dunia. Ketika ibadahnya yang telah dilakukan selama enam puluh tahun ditimbang (di akhirat) dengan dosa perbuatan mesumnya bersama perempuan pezina itu, ternyata timbangan dosanya lebih berat daripada bobot ibadahnya. Kemudian pada timbangan ibadah orang dari Bani Israil itu ditaruh sepotong atau dua potong roti yang dahulu (ketika masih hidup di dunia) dibiarkan diambil oleh seorang peminta-minta. Dan ternyata setelah di atas timbangannya itu diletakkan potongan roti tersebut untuk menambah amal kebajikannya, bobot timbangan kebajikannya menjadi lebih berat. Pada akhirnya ia diampuni dosa kesalahannya.
Adapun hadis mauquf ‘alaihi yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud r.a. menuturkan sebagai berikut, “Seorang rahib (pendeta Yahudi) telah bersembah sujud kepada Allah di kuilnya selama enam puluh tahun. Pada suatu hari datanglah kepadanya seorang perempuan lalu duduk di sampingnya. Terjadilah perbuatan tidak senonoh (persetubuhan) berulang-ulang selama enam hari/malam. Ketika sadar bahwa ia telah terpuruk dalam perbuatan dosa, rahib itu lari dari kuilnya dan mendatangi sebuah masjid dan tinggal di dalamnya selama tiga hari/malam, tidak makan apa pun. Ada orang datang lalu memberinya sepotong roti. Roti itu diterimanya lalu dibelah menjadi dua. Sebagian diberikan kepada orang yang berada di sisi kanannya dan yang sebagian lainnya diberikan kepada orang yang berada di sebelah kirinya. Beberapa saat kemudian Allah mengutus malaikat untuk mencabut nyawanya. (Di akhirat) ibadahnya yang dilakukan selama enam puluh tahun ditaruh di atas kaffah (daun timbangan) yang satu, dan perbuatan buruknya yang dilakukan selama enam hari/malam ditaruh di kaffah yang lain. Ternyata perbuatan buruknya selama enam hari/malam (dengan perempuan tersebut) bobotnya lebih berat. Lalu ditaruhlah di kaffah itu sepotong roti (yang dahulu ketika ia masih hidup dibelah dua dan diberikan kepada dua orang [lapar] yang berada di kanan dan kirinya). Dan ternyata bobot roti itu lebih berat daripada bobot perbuatan buruk yang dilakukannya selama enam hari/malam.” (Lihat at-Targhib).
Jabir r.a. menuturkan bahwa ia mendengar sendiri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam berkata kepada Ka’ab bin ‘Ujzah, “Hai Ka’ab bin ‘Ujzah, (ketahuilah) bahwa salat, kurban, dan puasa adalah junnah (perlindungan), sedangkan sedekah adalah memadamkan dosa, seperti air memadamkan api.
Hai Ka’ab bin ‘Ujzah, ada dua macam manusia: Manusia yang mengikat (membelenggu) budaknya dan ada pula manusia yang memerdekakan budaknya.”
Ka’ab bin ‘Ujzah sendiri menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam berkata kepadanya, “Hai Ka’ab bin ‘Ujzah, daging dan darah (darah-daging) yang tumbuh dari usaha yang haram, neraka lebih patut baginya. Hai Ka’ab bin ‘Ujzah, ada dua macam manusia (yaitu): Manusia yang se-dang berusaha melepaskan diri (dari rongrongan hawa nafsu) dan ia sendirilah yang dapat membebaskannya, dan ada juga manusia yang membelenggu dirinya sendiri. Hai Ka’ab bin ‘Ujzah, salat adalah kurban, puasa adalah perlindungan, dan sedekah memadamkan dosa, seperti hilangnya salju karena panas terik.” (Lihatat-Targhib).
Mu’adz bin Jabal r.a. menuturkan sebagai berikut: Aku pernah dalam perjalanan jauh bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam Dalam perjalanan itu beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menyebut sebuah hadis yang pernah beliau ucapkan. Kemudian beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam bertanya, “Maukah engkau kutunjukkan pintu-pintu kebajikan?” Kujawab, “Tentu mau, ya Rasulullah!” Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam melan-jutkan, “Puasa adalah perlindungan dan sedekah memadamkan dosa, seperti air memadamkan api.” (Diriwayatkan oleh Turmudzi).
Orang yang bersedekah terliputi oleh doa suci murni dari arwah-arwah yang suci, yaitu para malaikat, yang setiap hari mendoakan orang yang berinfak supaya mendapatkan pengganti, sedangkan bagi yang menahan-nahan hartanya para malaikat mendoakan keludesan (ke-bangkrutannya) dengan ucapan, “Ya Allah berilah orang yang berinfak pengganti (hartanya), dan berilah orang yang menahan hartanya ke-bangkrutan (keludesan hartanya).”
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani