Keutamaan Duduk di Masjid Sesudah Shalat Subuh dan Ashar Ke-1
Termasuk juga kemuliaan umat Nabi Muhammad Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam , bahwa Allah SWT mengaruniakan pahala kepada orang yang tetap duduk di mushala usai shalat Subuh.
Orang yang usai shalat Subuh berjamaah, lalu ia tetap duduk berzikir (menyebut keagungan Allah) hingga matahari terbit, kemudian ia shalat (nafilah) dua rakaat maka ia mendapat imbalan pahala yang sama dengan imbalan pahalanya ibadah haji dan umrah selengkapnya … lengkap … lengkap … lengkap!” Demikianlah Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam mengulang tiga kali kata “lengkap”. (Diriwayatkan oleh Turmudzi).
Ibnu ‘Umar r.a. menuturkan, bahwa usai shalat Subuh Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam tidak berdiri dari tempat duduknya hingga saat dibolehkan (dimungkinkan) shalat (nafilah). Beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menyatakan:
من صلى صبح ثم جلس في مجلسه حتى تمكنه الصلاة كان بمنزلة عمرة وحجة مقبلتين
“Barangsiapa yang sesudah shalat Subuh ia tetap duduk di tempat duduknya hingga shalat (nafilah) dimungkinkan/dibolehkan, manzilah-nya (derajatnya) sama dengan ibadah umrah dan ibadah haji yang terkabul dua-duanya.” (Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam al-Ausath).
Dalam riwayat hadits yang berasal dari ‘Abdullah bin Ghabir, ditu-turkan bahwa Umamah dan ‘Utbah bin ‘Abd—radhiyallahu ‘anhum— (dua orang itu) menuturkan hadits, bahwa Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam pernah berkata:
من صلى صلاة الصبح في جماعة ثم ثبت حتى يسبح لله سبحة الضحى كان له كاجر حاج ومعتمر تاما له حجة وعمرة
“Orang yang setelah shalat Subuh berjamaah lalu tetap di tempat-nya seraya bertasbih subhatut-Dhuha (hingga waktu Dhuha, setelah matahari terbit) ia beroleh imbalan pahala penuh seperti yang diperoleh orang yang melakukan ibadah haji dan umrah, (seperti ia sendiri) sudah melakukan dua macam ibadah itu.” (Diriwayatkan oleh Thabrani).
Bahkan orang yang tetap duduk di tempat setelah shalat Subuh berjamaah hingga saat matahari terbit, ia beroleh pahala yang tak terbayangkan dalam hatinya. Yaitu, ia seolah-olah telah memerdekakan empat orang budak dan seolah-olah telah menginfakkan harta 12.000 (tidak disebut dinar atau dirham—penerj) di jalan Allah (fisabilillah).
Anas r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
لان اقعد على مع قوم يذكرون الله تعالى من صلاة الغداة حتى تطلع الشمس احب الي من اعتق اربعة من ولد اسماعيل , ولان اقعد مع قوم يذكرون الله من صلاة العصر الى ان تغرب الشمس احب الي من ان اعتق , قال في موضعين : احب الي من ان اعتق اربعة من ولد اسماعيل دية عن كل واحد منهم اثن عشر الفا
“Bagiku, duduk bersama sejumlah orang berzikir menyebut-nyebut keagungan Allah SWT usai shalat Subuh hingga matahari terbit, itu lebih kusukai daripada aku memerdekakan empat orang budak keturunan Isma’il. Dan sungguhlah, duduk bersama sejumlah orang berzikir menyebut-nyebut keagungan Allah SWT usai shalat Ashar hingga matahari terbenam, itu lebih kusukai daripada aku memerdekakan empat orang budak.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Abu Ya’la).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abid-Dunya, pada dua tempat di dalam hadits tersebut di atas Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam mengucapkan, “Lebih kusukai daripada aku memerdekakan empat orang budak keturunan Isma’il, yang tebusan untuk setiap satu orang dari mereka adalah dua belas ribu (tidak disebut dinar atau-kah dirham—penerj).”
Sumber : Terjemah. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani