Fadhilah Menjaga Baik-Baik Pengamalan Shalat-shalat Sunnah Rawatib Dua Belas Rakaat ke-3
Demikian juga shalat (sunnah atau nafilah) sebelum dan sesudah shalat Dhuhur. Orang yang terus-menerus mengamalkannya, Allah SWT mengharamkan api neraka menyentuh jasadnya. Mengenai itu Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
من يحافظ على اربع ركعات قبل الظهر وبعدها حرم الله جسده على النار
“Barangsiapa yang menjaga baik-baik shalat (sunnah) empat rakaat sebelum Dhuhur dan (dua rakaat) sesudahnya, Allah mengharamkan api neraka menyentuh jasadnya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Turmudzi).
Dalam riwayat lain, “Empat rakaat sebelum Dhuhur di dalamnya tidak ada taslim, bagi empat-empatnya itu terbuka pintu-pintu langit.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Turmudzi).
Dalam riwayat yang lain lagi, “Bahwa bagi empat rakaat itu terbuka pintu-pintu langit, tidak ada pintunya yang tertutup.” (Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam Al-Kabir dan Al-Ausath).
Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menjaga baik-baik shalat empat rakaat (nawafil) itu, dan beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam lama berdiri. Beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam pernah mengatakan, “Pada saat seperti itu aku ingin dinaikkan (dipanjatkan) suatu amal saleh bagi-ku.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Turmudzi).
Keutamaan shalat nafilah empat rakaat tersebut, antara lain karena para Nabi dan Rasul—’alaihimus-shalatu was-salam—pada mengindahkan dan menjaganya baik-baik. Tsauban r.a. mengatakan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menyukai shalat (nafilah) itu sesudah tengah hari.
Mengenai waktu tersebut Siti ‘A’isyah r.a. pernah berkata kepada Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam , “Saya lihat Anda menyukai shalat (nafilah) itu dalam waktu (seperti sekarang) ini!” Beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menjawab, “Di dalam waktu itu terbukalah pintu-pintu langit dan Allah SWT melihat hamba-hamba-Nya dengan rahmat. Shalat itu adalah shalat yang dahulu dijaga (pengamalannya) baik-baik oleh Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan ‘Isya’-shalawatullah alaihim.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar sebagai hadits yang isnad-nya lemah).
Di antarafadhilah-nya shalat nafilah empat rakaat tersebut ialah, bahwa orang yang menjaganya baik-baik ia beroleh pahala tahajud pada malam harinya. Al-Barra bin Azib r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
من صلى قبل الظهر اربع ركعات كانما تهجد بهن من ليلته ومن صلى هن بعد العشاء كمثلهن من ليلة القدر
“Barangsiapa shalat (nafilah) empat rakaat sebelum Dhuhur, ia seperti orang yang shalat tahajud empat rakaat pada malam harinya, dan barangsiapa yang shalat (nafilah) empat rakaat sesudah ‘Isya’ ia seperti orang yang shalat empat rakaat pada malam qadr (lailatul-qadr).” (Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam Al-Ausath. Sanad-nya lemah).
‘Abdurrahman bin Humaid r.a. menerima hadits dari ayahnya dan dari datuknya yang menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
صلاة الهجير مثل صلاة الليل – قال الراوي – فسألت عبد الرحمن بن حميد عن الهجير فقال : اذا زلة المش
“Shalatul-hajir ialah seperti shalat malam.” Perawi hadits ini mengatakan, bahwa menurut ‘Abdurrahman bin Humaid yang dimaksud hajir ialah saat matahari sudah bergeser ke barat. (Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam Al-Kabir. Dan orang yang bernama ‘Abdurrahman tersebut adalah ‘Abdurrahman bin Auf—menurut perawi yang lain).
‘Umar bin Al-Khaththab r.a. mengatakan, saya mendengar sendiri Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
اربع قبل الظهر وبعد الزوال تحسب بمثلهن في السحر وما من شيء الا وهو يسبح الله في تلك الساعة , ثم قرأ
“Empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat setelah matahari bergeser dipandang sama dengan shalat seperti itu di waktu sahar (beberapa saat sebelum fajar menyingsing). Pada saat itu tidak ada apa pun (di alam wujud) yang tidak bertasbih mengagung-agungkan Allah.”
Kemudian beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam mengucapkan ayat ke-48 Surah An-Nahl:
اولم يروا الى ما خلق الله من شيء يتفيؤ ظلاله عن اليمين والشمائل سجدا لله وهم داخرون
Apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang diciptakan Allah, yang bayangannya senantiasa berubah-ubah ke kanan dan ke kiri, dalam keadaan semuanya bersembah sujud kepada Allah dan semuanya merendahkan diri?
Sumber : Terjemah. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani