Kemudahan Syariat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam
Di antara berbagai kekhususan yang ada pada umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ialah, bahwa syariatnya merupakan yang termudah dibanding dengan syariat-syariat agama lain. Hal itu dinashkan dalam Anjuran. Setiap faridhah (kewajiban) yang oleh syariat diharuskan pelaksanaannya oleh Allah SWT, diberi keringanan dengan terbukanya pintu rukhshah (dispensasi) bila terjadi halangan. Taruhlah misalnya masalah salat. Salat adalah kewajiban terbesar yang harus ditunaikan, bahkan merupakan tiang agama dan asasnya yang paling fundamental. Meski demikian Allah SWT menetapkan hukum-hukum khusus yang berbeda dengan hukum pokoknya, mengingat kemungkinan terjadinya keadaan tertentu, seperti sakit, bepergian jauh, dalam keadaan perang, dalam keadaan tidak terdapatnya pakaian yang menutup sekujur badan, tidak diketahuinya arah kiblat karena bingung atau lupa, dan ketiduran.
Kemudahan merupakan ciri khusus syariat agama Islam. Mengenai itu Allah SWT berfirman:
يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر
Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. (QS. Al-Baqarah: 185)
Berkaitan dengan itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
ان الله رضي لهذه الامة اليسر وكره لها العسر
” Sungguhlah, bahwa Allah meridhai kemudahan bagi umat ini dan tidak menyukai kesukaran baginya.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dengan isnad shahih).
Ahmad (bin Hanbal) di dalam Musnad-nya mengetengahkan sebuah hadits dari Hudzaifah yang menuturkan sebagai berikut. Pada suatu hari (saya melihat) Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sujud (demikian lama) tidak mengangkat kembali kepalanya, sehingga saya mengira beliau wafat. Mengenai hal itu beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata:
ربي استشارني (الحديث) وفيه : احل لنا كثيرا مما شدد على من قبلنا ولم يجعل علينا في الدنيا من حرج فلم اجد شكرالا هذه السجدة . رواه احمد بسند حسن
“Tuhanku minta pendapatku” (al-hadits). Dalam hadits itu terdapat nash berikut, “Allah menghalalkan banyak hal bagi kita dari yang pernah diketatkan bagi orang-orang sebelum kita. Di dunia ini Allah tidak membebani kita dengan hal-hal yang memberatkan. Aku tidak menemukan bagaimana cara bersyukur kecuali dengan sujud itu.” (Al-Mawahib: 382).
Dengan karunia kemudahan tersebut Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam benar-benar merasa bangga. Beliau mengatakan:
انى بعثت بالحنيفية السمحة
“Aku diutus Allah membawakan agama yang lurus lagi toleran.” (Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dengan isnad baik [Kasyful-Khufa: 217]).
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mewanti-wanti para utusan dan delegasi yang diutus ke berbagai daerah dan negeri untuk menyampaikan agama Islam, supaya bersikap lemah lembut:
بشروا ولا تنفروا ويسروا ولا تعسروا
“Gembirakanlah mereka (dengan berita baik), janganlah kalian membentak-bentak. Permudahlah dan jangan kalian persukar.” (Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, Bukhari dan Muslim).
Itu merupakan kaidah penting mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan menurut akidah. Semuanya mudah, tak ada kesukaran. Kemudahan yang memberikan inspirasi kepada hati yang dapat dirasakan dengan mudah, dan itulah yang membuat orang Muslim mempunyai tabiat khusus, yaitu toleran. Tidak ada sesuatu yang dipaksakan dan dipersulit seperti yang dahulu pernah dialami oleh umat-umat sebelumnya.
Sumber : Terj. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani