Keutamaan Saf Pertama dan Keteraturan Saf
Betapa besar keutamaan saf pertama dalam shalat berjamaah, sebagaimana yang telah kami utarakan, itu menunjukkan betapa mulianya umat Nabi Muhammad Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam Bahkan Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam memohonkan pengampunan dosa kepada Allah SWT bagi orang-orang yang berada di dalam saf pertama dalam shalat berjamaah, dan beliau pun memohonkan rahmat bagi mereka. Mengenai itu Al-‘Irbadh bin Sariyah r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam memohonkan ampunan bagi orang-orang yang berada di saf pertama (terdepan) tiga kali, dan satu kali bagi mereka yang berada di dalam saf kedua. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, An-Nasa’i, dan Ibnu Khuzaimah serta lain-lain).
Diriwayatkan pula bahwa melimpahkan rahmat dan para malaikat pun berdoa tiga kali memohonkan ampunan bagi orang-orang yang berada di saf pertama dalam shalat berjamaah. Mengenai itu Abu Uraa-mah r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
ان الله وملائكته يصلون على الصف الأول قالوا : يارسول الله وعلى الثاني؟ قال وعلى الثاني ! وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم سووا صفوفكم وحاذوا بين مناكبكم ولينوا في ايدي اخوانكم وسدوا الخلل فان الشيطان يدخل فيما بينكم بمنزلة الحذف (يعنى اولادكم الضأن الصغار)
“Sungguhlah bahwa Allah dan para maalaikat-Nya yushalluna (melimpahkan rahmat dan doa) bagi mereka yang berada di saf pertama.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana yang berada di saf kedua, ya Rasulullah?” Beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menjawab, “Juga kepada yang berada di saf kedua.” Kemudian beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menambahkan, “Luruskanlah saf kalian, dekatkanlah bahu-bahu kalian, sentuhkanlah pelan-pelan tangan kalian satu sama lain dan rapatkanlah sela-sela yang terluang, karena setan akan menerobos dari sela-sela yang ada di antara kalian seperti hadzab (cernpe, anak kambing yang masih kecil).” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan ThabranI serta lain-lainnya).
Pelurusan saf termasuk kesempurnaan shalat berjamaah. Hal itu di-perintahkan oleh Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam kepada kita:
سووا صفوفكم فان تسوية الصف من تمام الصلاة
“Luruskanlah saf-saf kalian, karena pelurusan saf adalah bagian dari kesempurnaan shalat.” (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan lain-lain dengan susunan lafal berbeda, tetapi semakna).
Pahala besar bagi orang-orang yang tidak memutus saf dan tidak membiarkan celah-celah terluang. Mengenai itu Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menyatakan:
الا تصفون كما تصف الملائكة عند ربها – فقال الصحابى الراوي يا رسول الله كيف تصف الملا ئكة عند ربها ؟ قال يتمون الصفوف الاول ويترصون فى الصف
“Hendaklah kalian merapikan saf-saf seperti malaikat berbaris di depan Tuhannya.” Seorang sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, bagai-manakah para malaikat berbaris di depan Tuhannya?” Beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menjawab, “Menyempurnakan saf pertama dan masing-masing berdiri saling berdekatan.” (Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Ibnu Majah).
Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam juga telah menyatakan, “Luruskanlah saf-saf, dekatkanlah bahu-bahu kalian, tutuplah celah-celah terluang dan sentuh-kanlah tangan pelan-pelan pada tangan saudara-saudara kalian, dan janganlah kalian membiarkan setan menyelinap di celah-celah terluang. Orang yang menyambung saf ia akan ‘disambungkan’ Allah dan orang yang memutus saf ia akan ‘diputus’ oleh Allah.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Ibnu Khuzaimah). “Menyambung” bermakna “mempererat” dan “memutus” bermakna “memisah”.
Orang yang bersemangat (harish) mempererat saf adalah termasuk orang-orang yang terbaik di dalam umat. Mengenai itu Ibnu ‘Abbas r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menyatakan:
خياركم الينكم مناكب في الصلاة
“Yang terbaik di antara kalian ialah yang paling ‘ringan’ bahunya di salam shalat (yakni, orang-orang yang takberkeberatan saling bersentuhan bahu) dalam shalat (berjamaah).” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
Dan orang yang bersemangat merapatkan saf dan menutup celah-celahnya, ia termasuk orang-orang yang dilimpahi rahmat oleh Allah SWT dan para malaikat-Nya.
Siti ‘A’isyah r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam telah menyatakan, bahwa:
ان الله وملائكته يصلون على الذين يصلون الصفوف
“Allah dan para malaikat-Nya melimpahkan rahmat kepada orang-orang yang merapatkan saf-saf.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah terdapat tambahan kali-mat, “Siapa yang menutup rapat celah-celah (dalam saf), Allah me-ninggikan (peringkatnya) satu derajat.”
Dan langkah yang diayunkan oleh seorang Muslim untuk merapatkan saf adalah langkah yang beroleh imbalan pahala besar dan amat disukai Allah SWT. Sedangkan orang yang menutup rapat celah-celah dalam saf ditinggikan peringkatnya satu derajat oleh Allah SWT, dibuat-kan baginya rumah di dalam surga, diampuni dosanya, dan malaikat menaburkan kebajikan baginya. Semuanya diberitahukan oleh Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam kepada kita dengan penegasannya:
وما من خطوة اعظم اجرا من خطوة مشاها رجل الى فرجة في الصف فسدها
‘Tak ada ayunan langkah yang mendapat imbalan pahala lebih besar daripada langkah seorang yang berjalan menuju ke celah-celah saf lalu menutupnya (rapat-rapat).”
Hadis-hadis mengenai merapatkan saf tersebut di atas diriwayatkan oleh Thabrani dengan lafal, “Barangsiapa yang menutup rapat celah-celah saf, diangkat (peringkatnya) satu derajat oleh Allah dan Allah membuatkan baginya rumah di dalam surga.” Al-Bazzar meriwayatkannya dengan lafal, “Siapa yang menutup rapat celah-celah dalam saf diampuni dosanya.” Sedangkan Thabrani meriwayatkannya dengan lafal, “Hamba Allah yang merapatkan saf niscaya ditinggikan (peringkatnya) satu derajat oleh Allah dan malaikat menaburkan kebajikan baginya.”
Sumber : Terj. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani