Fadhilah Shalat ke-8
- Shalat menjaga anggota-anggota tubuh orang yang menegakkannya, yaitu anggota-anggota tubuh yang terlibat dalam gerakan sujud, dari api neraka. Dalam sebuah hadis panjang berasal dari Nabi Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam Abu Hurairah r.a. menuturkan sebagai berikut: (Pada Hari Kiamat kelak) shirath dibentangkan di atas dua tepi neraka Jahannam. Di antara para Rasul, akulah yang pertama menyeberang bersama umatku. Tak seorang pun yang berbicara kecuali para Rasul. Mereka berkata, “Ya Allah, selamat-kanlah, selamatkanlah. Di dalam neraka Jahannam banyak pohon ber-duri (kalalib) seperti durinya pohon kaktus (tumbuh-tumbuhan yang berduri keras, seperti banyak terdapat di kawasan padang pasir). Tahukah kalian durinya pohon kaktus?” Para sahabat menjawab, “Ya.” Nabi Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam melanjutkan, “Kalalib itu seperti duri-durinya pohon kaktus, namun tak ada yang mengetahui betapa besarnya selain Allah. Kaldlib itu menyambar (melukai) orang menurut amalnya masing-masing. Ada yang sampai binasa dan ada pula yang sampai hancur luluh. Kemudian bila Allah dengan rahmat-Nya hendak menyelamatkan seseorang dari dalam neraka, Dia memerintahkan malaikat supaya mengeluar-kan orang-orang yang bersembah sujud kepada Allah dikeluarkan dari neraka. Mereka itu dapat dikenal melalui bekas sujudnya masing-masing. Allah SWT telah mengharamkan api neraka makan (menghilang-kan) tempat bekas sujud. Mereka lalu keluar dalam keadaan hangus terbakar, lalu disiram dengan air kehidupan (maul-hayat), lalu mereka tumbuh kembali seperti biji-bijian yang hanyut terbawa banjir.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
- Shalat mempersiapkan orang yang menegakkannya, dan membantunya untuk dapat bersujud pada saat semua manusia terpanggil untuk berwujud kepada Allah Rabbul-‘alamin (pada Hari Kiamat kelak). Mengenai itu Allah SWT telah berfirman:
يوم يكشف عن ساق ويدعون الى السجود فلا يستطيعون . خاشعة ابصارهم ترهقهم ذلة وقد كانوا يدعون الى السجود وهم سالمون
“Pada hari betis disingkapkan (kiasan menggambarkan orang yang sangat ketakutan mencoba hendak lari menghindari huru-hara dahsyat pada Hari Kiamat) dan mereka (semua manusia) dipanggil untuk bersujud, namun mereka sama sekali tidak berdaya. Pandangan mereka menunduk tercekam perasaan hina. Sesungguhnya mereka dahulu (ketika hidup di dunia) sudah diseru supaya bersujud, dan (di kala itu) mereka dalam keadaan sejahtera. (Yakni, di dunia mereka sudah diseru supaya bersujud kepada Allah, dan mereka berkesempatan untuk itu, tetapi mereka tidak mau mela-kukannya). (QS. Al-Qalam: 42-43)
Dengan ayat Alquran tersebut Allah SWT memberitahu, bahwa pada Hari Kiamat kelak semua manusia akan diuji bersujud kepada-Nya. Pada saat itu Allah SWT akan menciptakan sinar cahaya yang demikian terang benderang hingga tampak jelas orang-orang yang dipanggil supaya bersujud. Mengenai itu Abu Sa’id r.a. menuturkan, bahwa ia mendengar sendiri Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam pernah berkata:
يكشف ربنا عن ساق فيسجد له كل مؤمن ومؤمنة ويبقى من كان يسجد فى الدنيا رياء وسمعة فيذهب ليسجد فيعود ظهره طبقا واحدا
“(Pada hari itu) Allah, Tuhan kita, akan menyingkapkan betis-betis (membuat orang bertenaga) agar setiap orang beriman, pria mau-pun wanita, pada bersujud kepada-Nya. Orang-orang yang di dunia sujudnya hanya karena riya (untuk mendapat pujian orang) atau karena sum’ah (untuk mendapat nama baik atau popularitas) mereka tinggal, tetapi kemudian mereka itu berangkat juga untuk sujud, namun setelah itu mereka kembali ke tempatnya dalam keadaan punggungnya terpikuli beban berat (setumpuk).” (Diriwayatkan oleh Bukhari).
Menurut riwayat lain Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam mengatakan: Pada waktu betis disingkapkan, orang-orang yang (sewaktu hidup di dunia) pada sujud atas kemauan sendiri (dengan ikhlas demi keridaan Allah) mereka baru sujud setelah diizinkan Allah SWT bersujud. Sedangkan orang-orang yang (sewaktu di dunia) sujud hanya karena takut kepada orang lain atau karena nifaq (kemunafikan), Allah SWT akan memikulkan setumpuk (beban berat) di atas punggungnya sehingga setiap hendak sujud ia merangkak-rangkak. Demikian menumt riwayat Muslim.
“Tersingkap betis” sebagaimana terdapat di dalam ayat dan hadis di atas, menurut Abu Musa ditafsirkan, “tersingkapnya sinar cahaya yang iuar biasa sehingga manusia pada bersujud”.
Menurut Ibrahim An-Nakh’iy, Ibnu ‘Abbas r.a. menafsirkan kali-mat tersebut dengan, “akan tersingkap suatu kejadian yang dahsyat”. Penafsirannya itu didasarkan pada istilah qamat al-harb ‘aid sdq (perang berkobar pada betis). Peristilahan Arab (zaman dahulu) itu bermakna “perang berkecamuk dengan dahsyat”.
Termasuk jadhilah shalat di akhirat kelak ialah, bahwa shalat akan mem-bukakan salah satu dari pintu-pintu surga khusus bagi orang yang meng-amalkannya.
Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam pernah berkata:
من انفق زوجين فى سبيل الله نودي من ابواب الجنة : يا عبد الله , هذا خير ! فمن كان من اهل الصلاة دعي من باب الصلاة ومن كان من اهل الجهاد دعي من باب الجهاد , ومن كان من اهل الصيام دعي من باب الريان . ومن كان من اهل الصدقة دعي من باب الصدقة . فقال ابو بكر رضي الله عنه : بأبي انت وأمي يا رسول الله , ما على من دعي من تلك الأبواب من ضرورة فهل يدعى احد من تلك الأبواب كلها؟ فقال صلى الله عليه وسلم نعم ارجو ان تكون منهم
“Barangsiapa yang memberi nafkah kepada dua orang isteri di jalan Allah, ia akan terpanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah itu lebih baik!’ Orang yang termasuk ahlush-shalat ia akan terpanggil dari pintu shalat. Orang termasuk ahlul-jihad ia akan terpanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk ahlush-shiydm ia akan akan terpanggil dari pintu rayydn (sejuk penghapus dahaga). Orang yang termasuk ahlush-shadaqah ia akan terpanggil dari pintu sedekah.” Abu Bakar r.a. bertanya, “Ya Rasulullah apakah yang perlu dilakukan agar seseorang dapat dipanggil dari pintu-pintu itu? Dapatkah seseorang dipanggil dari semua pintu itu?” Beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menjawab, “Ya, kuharap engkau menjadi salah seorang dari mereka.” (Diriwayatkan oleh Bukhari).
Sumber : Terj. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani