Pahala Menyapu dan Membersihkan Masjid
Anas bin Malik menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
عرضت علي أجور أمتي حتى القذاة يخرجها الرجل من المسجد وعرضت علي ذنوب أمتي فلم أر ذنبا أعظم من سورة من القرآن او آية اوتيها الرجل فنسيها
“Kepadaku telah diperlihatkan berbagai imbalan pahala bagi umatku, bahkan bagi orang yang menyingkirkan kotoran dari masjid. Telah diperlihatkan (pula) kepadaku dosa-dosa umatku sehingga aku belum pernah melihat dosa yang lebih besar daripada dosanya seorang yang sudah diberitahu sebuah surah atau sebuah ayat dari Alquran, tetapi kemudian ia melupakannya (melalaikannya).”
Dalam sebuah hadits yang dituturkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
من اخرج أذى من المسجد بنى الله له بيتا فى الجنة
“Barangsiapa mengeluarkan gangguan dari masjid, Allah akan membuatkan rumah di dalam surga baginya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
صلاة الرجل فى جماعة تضعف على صلاته فى بيته وسوقه خمسا وعشرين ضعفا وذلك انه إذا توضأ فأحسن الوضوء ثم خرج الى المسجد لا يخرجه الا الصلاة لم يخط خطوة إلا رفعت له بها درجة وحط عنه بها خطيئة فإذا صلى لم تزل الملائكة تصلى عليه مادام فى مصلاه تقول: اللهم صل عليه اللهم ارحمه ولا يزال فى صلاة مانتظر الصلاة
“Salat seseorang di dalam jamaah (salat berjamaah) dilipatgandakan (pahalanya) dua puluh lima kali dari (pahala) salatnya di rumah atau di pasar (di tempat perniagaannya). Demikianlah, dan jika berwudhu dengan cara yang sebaik-baiknya.lalu ia keluar (dari rumah) menuju masjid benar-benar hanya untuk menunaikan salat, maka bagi tiap langkah yang dilakukannya ia ditinggikan derajat-nya satu tingkat dan dihapuskan satu dosa kesalahannya. Bila setelah menunaikan salat ia masih tetap berada di dalam mushala, para malaikat berdoa baginya dengan mengucapkan, ‘Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu kepadanya. Ya Allah limpahkanlah kasih sayang-Mu kepadanya selagi ia melakukan salat (sunnah) menantikan salat (fardhu) berikutnya.’” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Ubaiy bin Ka’ab menuturkan sebagai berikut, “Saya tidak melihat ada orang yang rumahnya lebih jauh dari masjid daripada dia, tetapi ia tidak pernah ketinggalan salat (berjamaah di masjid). Kukatakan kepadanya: Lebih baik kalau Anda membeli keledai untuk ditungganginya di waktu malam (gelap) dan di waktu panas terik …. Ia menyahut: Aku lebih suka rumahkujauh dari masjid, karena aku ingin agar perjalananku ke masjid dan kepulanganku ke tengah keluarga dicatat (sebagai pahala kebajikan). Mendengar kata-katanya itu Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata, ‘Allah mengumpulkan semuanya itu (semua pahala kebajikan itu) bagimu.'” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Jabir bin Abdullah r.a. berkata, “Rumah kami terlalu jauh dari masjid. Kami hendak menjualnya agar kami (dapat tinggal) dekat masjid. Akan tetapi Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam melarang kami dan beliau menyatakan, ‘Setiap langkah kalian mendapat satu derajat.'” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
من تطهر فى بيته ثم مشى الى بيت من بيوت الله ليقض لله فريضة من فرائض الله كانت خطوتاه احداهما تحط خطيئة والاخرى ترفع درجة
Abu Umamah r.a. menuturkan bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
من خرج من بيته متطهرا الى صلاة مكتوبة فاجره كاجر الحاج المحرم ومن خرج الى تسبيح الضحى لا ينصبه الا اياه فاجره كاجر المعتمر وصلاة على اثر صلاة لا لغو بينهما كتاب في عليين
“Barangsiapa yang dalam keadaan sudah bersesuci (berwudhu) keluar dari rumahnya untuk menunaikan salat fardhu (di masjid berjamaah), ia beroleh pahala seperti pahalanya orang yang sudah muhrim dalam ibadah haji. Dan orang yang keluar (yakni ke masjid) untuk bertasbih di waktu Dhuha (waktu mulai matahari terbit hingga matahari tampak agak tinggi), tanpa maksud selain itu, maka pahalanya sama dengan pahala yang didapat orang berumrah. Dan jika di antara salat yang satu dan salat berikutnya orang tidak melakukan perbuatan sia-sia (laghwun, seperti bercanda, ngobrol, dlsb.) ia tercatat dalam lingkungan kaum ‘illiyyin (orang-orang yang beroleh martabat tinggi).’” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
Buraidah bin Hashld Al-Aslamiy r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata kepada seorang sahabat:
بشر المشائين في الظلم الى المساجد بالنور يوم القيامة
“Gembirakanlah orang-orang yang di kegelapan malam berjalan kaki ke masjid, bahwa pada Hari Kiamat ia akan beroleh sinar cahaya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Turmudzi).
Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
المشاؤون الى المساجد في الظلم أولائك الخواضون في رحمة الله
“ Orang yang di malam gelap berjalan kaki ke masjid, mereka itu adalah orang orang yang menyelam di dalam rahmat Allah.” (Diriwayatkan oleh ibnu majah).
Sahl bin sa’ad r.a menuturkan, bahwasannya Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam, berkata:
ليبشر المشاؤون فى الظلم الى المساجد بنور تام يوم القيامة
“Orang-orang yang berjalan kaki di kegelapan malam menuju masjid, hendaklah mereka itu digembirakan bahwa pada Hari Kiamat akan memperoleh cahaya yang sempurna.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
Abu Hurairah r.a. juga menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
من غدا الى المسجد او راح اعد الله له في الجنة نزلا كلما غدا او راح
“Barangsiapa yang di pagi hari atau di petang hari pergi ke masjid, di surga Allah menyediakan baginya tempat persinggahan untuk setiap ia berangkat pagi dan sore.” (Diketengahkan oleh Bukhari dan Muslim).
Sumber : Terj. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani