Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam telah menegaskan:
ليس الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى غنى النفس
“Bukanlah kaya (orang yang) mempunyai banyak harta benda. Kekayaan (sejati) adalah kekayaan jiwa (ghinan-nafsi)” (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, dan An-Nasa’I).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam telah memberitahu kita (umatnya), bahwa kehormatan seorang beriman terletak pada ketidaktergantungannya (ketidakbutuhannya) kepada orang lain. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam sendiri mohon perlindungan kepada Allah SWT dari nafsu yang tak pernah merasa “kenyang”. Yaitu sebagaimana disebut dalam hadits, bahwa beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam selalu berdoa:
اللهم اعوذبك من علم لا ينفع ومن قلب لا يخشع ومن نفس لا تشبع ومن دعوة لا يستجاب
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak berguna, dari hati yang tidak khusyuk, dari nafsu yang tidak merasa kenyang (tidak pernah puas) dan dari doa yang tidak terkabul.” (Diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lain).
Adapun apa saja (rezeki) yang datang tanpa diminta (dari orang lain) itu adalah baik dan berkah, yaitu sebagaimana yang dikatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam kepada ‘Umar bin Al-Khaththab r.a.:
امّاماكان عن غير مسألة فانّما هورزقٌ يرزقكه الله
“Adapun apa (pemberian) yang datang tanpa diminta, itu adalah rezeki yang dikaruniakan Allah kepadamu.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik).
Kepada Ummul Mukminin Siti ‘A’isyah r.a. beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam pernah berkata:
يا عائشة من اعطاك عطاءً من غير مسألةٍ فاقبليه فانّما هورزقٌ عرضه لله اليك
“Hai ‘A’isyah, sesuatu yang diberikan orang kepadamu tanpa diminta terimalah. Itu merupakan rezeki yang dikaruniakan Allah kepadamu.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Baihaqi).
Kepada Khalid bin ‘Ali Al-Jahnl beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam pernah berkata mengenai soal tersebut, “Itu adalah rezeki yang dilimpahkan Allah ‘Azza wa Jalla kepadamu.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan isnad sahih).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani