Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menggembirakan hati orang yang ridha menerima apa saja yang diberikan Allah SWT kepadanya, bahwa ia akan masuk surga. Mengenai itu beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menyatakan:
طوبى لمن هدي للاسلام وكان عيشه كفافا
“Thuba bagi orang yang beroleh hidayat memeluk Islam dan kecukupan hidupnya tidak meminta-minta dan ridha menerima apa yang ada padanya.”
Menurut para ulama, thuba nama sebuah nama pohon besar di surga. Ada pula yang mengatakan, thuba adalah salah satu dari beberapa nama surga.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam juga menggembirakan hati orang yang hidup ridha dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya, dengan menjanjikan kebahagiaan. Mengenai itu beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam berkata:
قد افلح من اسلم ورزق كفافاً وقنعه الله بما أتاه
“Beruntunglah sudah orang yang telah memeluk Islam, dikaruniai rezeki cukup dan Allah membuatnya ridha menerima apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan oleh Muslim dan Turmudzi).
Oleh karena itu, banyaknya harta kekayaan bukan ukuran sikap ridha menerima pemberian Allah SWT kepada seseorang. Sebaliknya, sedikitnya harta pun bukan ukuran bagi kemiskinan seseorang. Atas dasar itulah Abu Dzar r.a. menuturkan, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam pernah bertanya kepadaku, ‘Hai Abu Dzar, apakah engkau berpendapat bahwa banyaknya harta itu suatu kekayaan?’ Kujawab, ‘Benar, ya Rasulullah!’ Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam bertanya lagi, ‘Apakah engkau berpendapat bahwa sedikitnya harta itu suatu kemiskinan?‘ Kujawab, ‘Benar, ya Rasulullah!’ Kemudian beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menegaskan, ‘Kekayaan (sejati) adalah kekayaan hati dan kemiskinan (sejati) adalah kemiskinan hati.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani