Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebut, bahwa Siti ‘A’isyah r.a. menuturkan: Aku mendengar sendiri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam mengatakan:
وانما انا خازن فمناعطيته عن طيب نفس فمبارك له فيه ومن اعطيته عن مسألة وشره نفس كان كالذي يأكل ولا يشبع
“Aku hanyalah sekadar penyimpan. Barangsiapa yang kuberi dengan perasaan baik (lega), maka ia (yang menerima) mendapat berkah. Namun jika yang kuberikan itu atas permintaan yang disertai perasaan loba dan tamak, maka ia menjadi seperti orang yang makan, tetapi tidak kenyang.”
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam memberitahu kita (umatnya), bahwa orang muta-‘affif (orang yang menjaga harga diri dari perbuatan nista) adalah disukai/dicintai Allah SWT.
Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menyatakan:
لا يؤمن عبد حتى يأمن جاره بوائقه. ومن يؤ من بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤممن بالله واليوم الاخر فليقل خيرا او ليسكت ان الله يحب الغني الحليم المتعفف ويبغض البذي الفاجر السائل الملح
“Seorang hamba Allah tidak benar-benar beriman sebelum tetangganya merasa aman dari gangguannya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tamunya dan barangsiapa yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berbicara baik-baik atau diam. Sungguhlah bahwa Allah menyukai orang yang tidak butuh pertolongan orang lain, sabar dan menjaga diri dari perbuatan nista. Allah membenci orang yang berlidah tajam (lancang mulut), durhaka dan merengek-rengek minta pertolongan orang lain”. (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani