Di antara kemuliaan yang dikaruniakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ialah, bahwa fadhilah maupun pahala mencakup orang kaya yang bersyukur dan orang fakir yang sabar. Orang kaya dapat meraih fadhilah dan pahala dengan infak dan kedermawanannya, dengan memberi santunan kepada saudara-saudara dan sahabat-sahabatnya, dengan memberi pinjaman kepada si A, mengentas kesengsaraan si B, menutup atau melunaskan utang si C, mendermakan hartanya untuk kemaslahatan Islam dan kaum Muslimin, untuk membantu orang-orang yang berjuang menegakkan kebenaran agama Allah (Islam) dan kebajikan-kebajikan lainnya. Adapun orang fakir dapat meraih fadhilah dan pahala dengan ketabahan dan kesabarannya, hidup ridha dengan apa yang ada, dan gigih melawan hawa nafsu yang hendak menyeretnya kepada berbagai keburukan dan kejahatan seperti: dengki, irihati, loba tamak, serakah, gelisah, dan berani melakukan perbuatan-perbuatan haram seperti mencuri, riba, menipu, makan harta orang lain tanpa hak (secara batil) dan berbagai macam kejahatan lainnya. Mungkin juga menempuh berbagai upaya dan usaha untuk memperbaiki penghidupannya, tetapi tidak berhasil dan selalu gagal. Itu merupakan kenyataan yang banyak terjadi. Betapa banyak orang-orang fakir dan miskin yang sudah memeras tenaga dan pikiran untuk mengatasi kesukaran hidupnya, tetapi selalu menemui kegagalan. Mengenai orang-orang beriman seperti mereka itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam membesarkan hati dan menggembirakan mereka, bahwa mereka akan mendapat pengganti atas semua yang lepas dan hilang dari tangan mereka. Kehancuran pikiran dan perasaan akibat kemiskinan dan kemelaratan hidup mereka di dunia ini akan mereka temukan penggantinya di akhirat kelak, karena Allah SWT adalah Maha Adil lagi Maha Pemurah, tidak ridha membiarkan hamba-Nya yang beriman menderita dua kali kesengsaraan beruntun, di dunia dan di akhirat.
Karena itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
اطلعت في الجنة فرأيت أكثر أهلهاالفقراء
Abdullah bin ‘Arar bin Al- Ash r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian, siapakah dari hamba-hamba Allah yang masuk surga lebih dahulu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam kemudian menjelaskan:
الفقراء المهاجرون الذين تشتبهر الثغور وتتقى بهم المكاره ويموت احد هر وحاجته في صدره لا يستطيع لها قضاء فيقول الله عز وجل لمن يشاء من ملائكته : انتوهم فحيوهم. فتقول الملائكة : ربناخن سكان سمائك وخيرتك من خلقك أفتأمرنا أن تأتي هؤلاء فسلم عليه ؟ قال : إنهم كانو اعتبارا يعبدونی ولايشركون بي شيئا وتسديهم الثغور وتتقى بهم المكاره وتموت احدهم وحاجته في صدره لا يستطيع لها قضاء. قال صلى الله علیه وسلم : فتأتيهم الملائكة عند ذلك فيدخلون عليه من كل باب . سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار
“Orang-orang fakir miskin dari kaum Muhajirin yang karena mereka itu garis pertahanan terdepan (tsughur) dapat dibendung (dari serbuan musuh, kaum musyrikin Makkah), karena mereka banyak orang takut berbuat keji, dan di antara mereka ada yang membawa mati kebutuhan hidupnya di dalam dada karena tak sanggup mencukupinya.” Mengenai mereka itu Allah ‘Azza wa Jalla bersabda kepada para malaikat yang dikehendaki-Nya, “Ya Allah, Tuhan kami, kami ini para penghuni langit-Mu dan makhluk-makhluk pilihan-Mu. Apakah Engkau memerintahkan kami mendatangi mereka lantas mengucapkan salam hormat kepada mereka?” Allah bersabda, “Mereka adalah hamba-hamba yang bersembah sujud kepada-Ku dan tidak mempersekutukan apa pun dengan-Ku. Karena mereka itulah tsughur dapat dibendung dan berbagai kekejian ditakuti orang. Bahkan ada seorang dari mereka yang mati membawa kebutuhannya di dalam dada, karena ia tidak sanggup mencukupinya.” Rasulullah melanjutkan, “Para malaikat lalu mendatangi mereka, masuk melalui setiap pintu (surga tempat tinggal mereka) seraya mengucapkan, ‘Salam sejahtera atas kalian, berkat kesabaran kalian, dan alangkah baiknya tempat kesudahan ini!”.
Tsauban r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata:
إن حوضى ما بين عدن وعمان . أكوابه عند النجوم مانه اشـد بياضا من الثلج واحلى من العسل . وأكثر الناس ورونا عليـه فقراء المهاجرين ، قلنا يارسول الله، صفه لنا ! قال شعت الرؤوس دنس الثياب الذين لا ينكحون المتنعمات ولاتفتح له العدد الذين يعطون ما عليه ولا يعطون مالهم
“Sungguhlah bahwa telaga (haudh)-Ku seluas antara ‘Adn dan ‘Amman. Gelas-gelasnya sebanyak bintang-bintang (di langit), airnya lebih putih daripada salju dan lebih manis daripada madu. Sebagian besar orang-orang yang datang ke telaga itu adalah kaum miskin dari kalangan kaum Muhajirin.” Kami (beberapa orang sahabat) menyahut, “Ya Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri (sifat-sifat) mereka kepada kami.” Beliau menjawab, “Berambut kusut, berpakaian kotor, mereka tidak menikahi perempuan-perempuan yang mendambakan kenikmatan hidup (mutana’imat) dan bagi mereka tidak terbuka pintu-pintu rumah, dan merekalah yang memberikan apa yang diwajibkan atas mereka, tetapi tidak diberikan apa yang menjadi hak mereka.” (Diriwayatkan oleh Thabrani, Ibnu Majah, Turmudzi dan lain-lain).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani