Di antara keutamaan yang diberikan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ialah ganjaran pahala besar atas prasangka baik terhadap-Nya dan atas harapan besar untuk beroleh karunia-Nya. Dalam sebuah Hadits qudsi Allah SWT bersabda:
يا ابن ادام انكما دعوتني و رجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي,يا ابن ادام لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم اثتغفرتني غفرت لك , ياابن ادام لو اتيتني بقراء الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا لا تيتك بها مغفرة
“Hai anak Adam, sesungguhnya jika engkau mohon dan berharap kepadaku niscaya Kuampuni dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, meski dosa-dosamu sampai setinggi langit, kemudian engkau minta ampun kepada-Ku, niscaya engkau Kuampuni. Hai anak Adam, seumpama engkau datang kepada-Ku membawa dosa kesalahan seberat bumi, lalu engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku dengan apa pun, engkau niscaya Kuberi ampunan.” (Diriwayatkan oleh Turmudzi).
Hadits yang lain lagi menuturkan, “Prasangka baik adalah bagian dari ibadah yang baik.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibu Hibban).
Prasangka yang baik terhadap Allah SWT adalah diwajibkan pada waktu menjelang ajal (wafat). Oleh karena itulah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mewanti-wanti berkata:
لا يموتن أحدكم الا وهو يحسن الظن بالله عز وجل
“Janganlah ada seorang pun dari kalian yang mati kecuali dalam keadaan berprasangka baik terhadap Allah ‘Azza waJalla.” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani