Orang yang mengajarkan Al Qur’an kepada anaknya ia beroleh kebajikan yang amat besar, tak ada kebajikan lain yang menyamainya, dan ia beroleh pula ganjaran pahala sedemikian banyaknya hingga tak ada ganjaran pahala yang menyamainya.
Imam ‘Ali r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam memerintahkan:
“Didiklah anak-anak kalian mengenai tiga hal: Cinta kepada Nabi kalian, cinta kepada keluarganya, dan (gemar) membaca Al Qur’an. Sungguhlah bahwa para penghafal Al Qur’an akan berada di bawah pengayoman (naungan) Allah pada hari di mana tak ada tempat bernaung selain Dia, bersama para Nabi dan orang-orang suci pilihan-Nya.” (Hadits berisnad lemah, diriwayatkan oleh Ad-Dailami dan Ibnun-Najjar).
Anas r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan: “Barangsiapa yang mengajarkan Al Qur’an kepada anaknya hingga dapat membaca mushhaf, ia diampuni dosa-dosanya yang lama dan yang baru. dan barangsiapa yang mengajarkan Al Qur’an kepada anaknya secara hafalan (lisan), pada Hari Kiamat Allah akan membangkitkannya dalam rupa bulan purnama. Anaknya akan diminta supaya membaca, dan setiap ayat yang dibacanya, Allah akan mengangkat ayahnya satu derajat, hingga ia (anaknya) itu berhenti membaca pada bagian terakhir yang dihafalnya.” (Diriwayatkan oleh Thabrani).
Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
“Setiap orang yang mengajarkan Al Qur’an kepada anaknya di dunia (yakni, di kala masih hidup), pada Hari Kiamat kelak ia (ayah anak itu) akan dimahkotai dengan mahkota di dalam surga dan semua penghuni surga akan mengenalnya sebagai orang yang ketika hidupnya di dunia mengajarkan Al Qur’an kepada anaknya.” (Diriwayatkan oleh Thabrani).
Buraidah r.a. menuturkan seperti berikut. Pada suatu saat ketika sedang berada di rumah Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam aku mendengar sendiri beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata (kepada sejumlah sahabat), “Hendaklah kalian belajar (menghafal) Surah Al-Baqarah, karena membaca surah tersebut adalah berkah, sedangkan orang yang meninggalkannya ia akan menyesal, dan tidak membacanya adalah sia-sia (menghilangkan hal yang amat berharga).” Setelah diam sejenak beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata melanjutkan, “Hendaklah kalian belajar (menghafal) Surah Al-Baqarah dan Surah Alu ‘Imran. Dua-duanya itu adalah hiasan indah (zahrawan) yang akan menaungi (memayungi) penghafal dua surah itu pada Hari Kiamat. Dua-duanya itu (dua surah itu) kelak akan menjadi seperti dua gumpalan awan atau seperti dua rombongan burung (elang) yang membentang kedua sayapnya. Pada Hari Kiamat Al Qur’an akan bertemu dengan penghafalnya, yaitu pada saat kuburnya terbelah. Ia tampak sebagai orang yang pucat, lalu bertanya kepada si penghafal Al Qur’an, “Apakah Anda mengenalku?” Dijawab, “Aku tidak mengenalmu.” Al Qur’an lalu menjelaskan, “Aku adalah Al Qur’an, teman Anda yang dahulu membuat Anda kehausan di musim panas, dan yang membuat Anda begadang (tidak tidur) di malam hari. Sudah tentu seorang pedagang pasti mengharap keuntungan. Hari ini Anda mendapat keuntungan besar sekali.” Si penghafal Al Quran lalu menerima anugerah kerajaan dengan tangan kanannya dan keabadian dengan tangan kirinya, kemudian pada kepalanya dipakaikan sebuah mahkota keanggunan. Kepada ayahnya dipakaikan busana indah dan dua buah perhiasan yang tak ternilai harganya, tak ada taranya di dunia. Dua perhiasa nitu bertanya, “Mengapa kami dipakaikan pada orang ini?” Ada suara menjawab, “Karena ia telah mengajarkan Al Qur’an kepada anaknya.” Kemudian suara itu berkata kepada si pembaca Al Qur’an, “Baca dan naiklah ke jalan surga dan ruangan-ruangannya (kamar-kamarnya).” Ia akan terus naik (ke tingkat yang lebih tinggi) selagi masih tetap membaca Al Qur’an, baik dengan suara bergumam (hadzyan) maupun dengan suara yang terang dan baik (tartilan). (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah).
Malaikat turun menyebarkan ketenteraman bagi orang yang membaca Al Qur’an, terutama di malam hari.
Usaid bin Hudhair menceritakan pengalamannya sebagai berikut. Pada suatu malam ia membaca Al Qur’an setelah menambatkan kudanya di dekat rumah. Tiba-tiba kudanya meronta dan ketika ia berhenti membaca, kudanya mendadak diam (berhenti meronta). Ia lalu membaca kembali dan ternyata kudanya meronta lagi. Ia berhenti membaca dan kudanya pun diam kembal. Ia membaca lagi Al Qur’an, dan kudanya meronta lagi. Ketika itu anak lelakinya yang bernama Yahya berada di dekat kuda. Oleh ‘Usaid ia disuruh mundur. Ia lalu mengangkat kepala memandang arah langit. Tiba-tiba ia melihat semacam payung penuh bertaburan cahaya lampu-lampu. Keesokan harinya ia melaporkan kejadian yang dilihatnya itu kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam beliau bertanya, “Tahukah engkau, apakah itu?” ‘Usaid menjawab, “Tidak.” Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam kemudian menjelaskan, “Itu semua adalah para malaikat datang mendekati suaramu. Seumpama engkau terus membaca tentu akan banyak orang menyaksikan para malaikat itu, mereka (para malaikat) tidak akan menyembunyikan diri dari orang-orang yang melihatnya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani