- Al Qur’an kelak akan memberi syafaat kepada pembacanya.
Mengenai itu Abu Umamah r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
اقرءوا القران فانه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه
“Hendaklah kalian (selalu) membaca Al Qur’an, karena pada Hari Kiamat kelak ia akan datang untuk memberi syafaat (pertolongan) kepada para pembacanya (ash habul-Qur’an).” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Jabir bin ‘Abdullah r.a. juga menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah menyatakan:
القران شافع مشفّع وماحل مصدّق من جعله امامه قاده الي الجنّة ومن جعله خلفه ساقه الي النّار
“Al Qur’an adalah syafi’un musyaffa (yang memberi pertolongan seizin Allah) dan pengantar yang tepercaya. Orang yang menempatkan Al Qur’an di depan ia akan menuntunnya ke surga. Sedangkan orang yang menempatkan Al Qur’an di belakangnya, ia akan menggiringnya ke neraka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban).
Syafaat Al Qur’an dapat berupa pengampunan dosa, dapat berupa peningkatan derajat dan penghias kesempurnaan martabat. Mengenai tersebut pertama (pengampunan dosa) Turmudzi, Abu Dawud dan lain-lain mengetengahkan hadits Abu Hurairah r.a. yang menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
“Tiga puluh ayat dari Al Qur’an memberi syafaat kepada seseorang hingga Allah memberikan ampunan kepadanya. (Yaitu Mahasuci Allah Yang di tangan-Nya segala kekuasaan, yakni Surah Al-Mulk ayat 1 s.d. 30).
Sedangkan mengenai masalah kedua (peningkatan derajat), ialah sebagaimana tersebut dalam hadits yang diketengahkan oleh Turmudzi berasal dari Abu Hurairah r.a. yang menuturkan, bahwsa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan:
“Orang yang selalu membaca Al Qur’an (shahibul-Qur’an) pada Hari Kiamat kelak akan datang (menghadap Allah) lalu Al Qur’an mohon kepada-Nya, ‘Ya Rabb, hiasilah dia!’ Kemudian mahkota dipakaikan padanya (shahibul-Qur’an). Al Qur’an mohon lagi, ‘Ya Rabb, tambahlah dia!’ Kepadanya lalu dipakaikan busana kemuliaan. Kemudian Al Qur’an mohon lagi, ‘Ya Rabb, ridailah dia!’ Lalu Allah meridainya. Kemudian dikatakan kepada shdhibid-Qiiran), ‘Bacalah dan naiklah (ke derajat tinggi).’ Dan dari setiap ayat yang dibacanya ia mendapat tambahan pahala satu hasanah.”
Abu Hurairah r.a. juga menuturkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata:
“Puasa berkata, ‘Rabbi, aku melarangnya makan dan minum di siang hari maka izinkanlah aku menolongnya.’ Al Qur’an pun berkata, ‘Rabbi, aku melarangnya tidur di malam hari maka izinkanlah aku menolongnya.’ Dua-duanya lalu menolongnya.”
Al Qur’an menyedapkan bau pembacanya. Mengenai itu Abu Musa Al-Asy’ari r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah berkata:
“Orang beriman yang (gemar) membaca Al Qur’an adalah ibarat atrujjah (nama sejenis jeruk), baunya sedap dan rasanya pun enak. Orang beriman yang tidak membaca Al Qur’an adalah ibarat kurma, tidak berbau dan rasanya manis. Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah ibarat raihanah (jenis tetumbuhan yang baunya harum) daunnya harum, tetapi rasanya pahit. Adapun orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an ibaratnya seperti Handhalah (jenis tanaman yang pahit rasanya), tidak berbau dan rasanya pahit.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad).
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani