Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam juga telah berkata:
من كانت الدنيا نيته فرق الله علیه امره وجعل فقره بين عينيه ولم يأته من الدنيا الأكماكتب له . ومن كانت الاخرة نيته جمع الله له امره وجعل غناه في قلبه واتته الدنيا وهي راغمة
“Orang yang (menumpahkan) niatnya (perhatiannya) kepada keduniaan (semata-mata), Allah akan menceraiberaikan (memporakpo-randakan) urusan-urusannya dan akan menjadikan kemiskinan berada di depan mata, tetapi keduniaan pun tak kunjung datang kepadanya, selain yang telah disuratkan (ditakdirkan) Allah baginya. Sedangkan orangyang menumpahkan perhatiannya kepada akhirat, Allah akan mengumpulkan baginya urusan-urusannya (kebutuhan-kebutuhannya) dan Allah menjadikan kekayaan berada di dalam hatinya. Keduniaan datang kepadanya dan mendesak (minta diterima).” (Diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu Majah).
Hendaknya diketahui, bahwa yang dimaksud oleh Hadits-Hadits tersebut di atas, sama sekali tidak menuntut agar orang meninggalkan usaha dan tidak perlu bekerja dalam hidupnya di dunia, tanpa mengindahkan sebab dan sarana untuk mencukupi kebutuhannya …. Tidak!
Bahkan menurut agama Islam, bekerja dan berusaha untuk mendapatkan kebutuhan hidup di dunia adalah ibadah, asalkan ia menjaga baik-baik agar harta hasil usahanya itu bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, dan bagi saudara-saudaranya.
Menurut dzawil-basha’ir (orang-orang arif yang berpandangan luas), maksud Hadits-Hadits tersebut adalah mencela sikap orang-orang yang menumpahkan segenap perhatiannya kepada soal-soal keduniaan, hingga memutuskan atau menghilangkan perhatian mereka kepada soal-soal akhirat. Demikian gandrungnya mereka kepada keduniaan, dan demikian kuat keduniaan mencengkeram hati mereka hingga mereka sangat pelit menginfakkan hartanya, bahkan mengeluarkan saja bagi mereka sudah terasa menyakitkan hati. Keduniaan sudah menguasai sepenuhnya kekosongan waktu mereka hingga dapat menghilangkan sama sekali perhatian mereka dari kewajiban pribadinya dan dari kewajiban-kewajiban pokok agamanya.
Makna kalimat dalam Hadits-Hadits tersebut di atas, yang menyebut “orang yang menumpahkan sebagian besar perhatiannya kepada keduniaan” berarti “orang yang seluruh jerih payahya semata-mata untuk mengejar keduniaan sebagai tujuan terakhir.” Sebaliknya, kalimat “dan siapa yang menumpahkan sebagian besar perhatiannya kepada soal-soal akhirat”—tidak hanya mengatakan: “perhatiannya kepada soal-soal akhirat”, melainkan “menumpahkan sebagian besar perhatiannya kepada soal-soal akhirat”—kalimat tersebut bermaksud menjelaskan, bahwa orangyang sibuk berusaha memperoleh keduniaan untuk maksud yang terpuji (seperti untuk dapat menunaikan ibadah haji yang banyak menelan biaya, untuk berinfak dijalan Allah dan sebagainya), maka kesibukan yang dilakukannya itu adalah terpuji, tidak termasuk kesibukan yang tercela.
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani