Tanda keselamatan seorang murid adalah jika manusia dan hewan baginya dalam kedudukan yang sama. Apabila keyakinan yang demikian itu berubah, dan ia tidak bersedih karenan perubahan itu, hendaknya ia menolak perubahan keyakinan itu saat itu juga dengan nalar dan keimanannya.
Di antara tanda ketulusan adalah apabila seseorang mempunyai dua sahabat, yang satu kaya dan satunya miskin, lalu kedatangan si kaya tidak membuatnya lebih berbahagia, kecuali jika ia mempunyai kelebihan ilmu atau sifat wara’. Dengan demikian, ia lebih memuliakan sahabatnya yang kaya karena sifatnya, bukan karena kekayaannya. Maka, barang siapa lebih bahagia berdekatan dengan orang-orang kaya maka ia termasuk tukang riya atau orang yang tamak. Padahal melihat orang-orang fakir bisa menambah kerinduan kepada akhirat. Dikisahkan bahwa tidak ada majelis yang menilai orang-orang kaya sebegitu rendah melebihi penilaian majelis yang diasuh Sufyan Ats-Tsauri. Sampai-sampai mereka berharap menjadi orang-orang miskin. Memang engkau berhak lebih memuliakan orang kaya apabila ia lebih dekat denganmu, atau di antara kalian ada ikatan yang benar atau persahabatan lebih dulu. Namun, apabila ada pula orang miskin yang dekat dan bersahabat denganmu, engkau tidak mendahulukan yang kaya daripada yang miskin. Ibnu Sammak pernah berkata kepada seorang budak perempuan. “Mengapa bila aku datang ke Baghdad, pintu hikmah terbuka untukku?” Budak perempuan itu menjawab. “Ketamakan menajamkan lidahmu.”
Tipu daya setan dalam bab ini begitu banyak tak terhitung. Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu, kecuali jika engkau mengeluarkan semua yang selain Allah dari hatimu, menyayangi dirimu sepanjang sisa usiamu, dan tidak membiarkannya masuk neraka dengan menuruti nafsu yang yang mengotori hari-harimu. Selain itu, jadilah di dunia ini laksana raja yang sanggup menuruti semua nafsunya, tetapi di badannya terdapat penyakit yang membinasakan. la tahu bahwa jika berpantang dari nafsu, ia akan tetap hidup dan kerajaannya tetap langgeng. la pun mendatangkan para tabib, mempekerjakan para peracik obat, dan membiasakan minum obat-obatan yang pahit, serta meninggalkan semua kenikmatan. Badannya lalu menjadi lebih kurus, tetapi sakitnya pun semakin berkurang. Apabila jiwanya mendesaknya untuk menuruti nafsu, ia membayangkan berbagai sakit dan lara yang akan membawanya pada kematian. Dan bilamana obat yang ia minum semakin pahit, ia membayangkan kesembuhan yang akan didapatnya. Dengan begitu, menjadi ringan baginya untuk meninggalkan kenikmatan dan bersabar atas ketidaknyamanan.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz