Kelompok pertama
Sekelompok hartawan membangun masjid, pemondokan, saluran air, dan berbagai bangunan yang tampak di mata manusia dan nama-nama mereka ditulis di sana. Akan tetapi, mereka membangunnya dari uang yang mereka peroleh dari kezaliman, korupsi, dan suap. Jika mereka mendapatkan uang itu dari perbuatan durhaka kepada Allah, kewajiban mereka adalah mengembalikan nya kepada para pemiliknya. Jika tidak bisa mengembalikannya kepada para pemiliknya maka kepada ahli warisnya. Jika ahli warisnya tidak tersisa satu pun, mereka berkewajiban membelanjakan uang itu untuk kemaslahatan yang paling penting. Mungkin dengan memberikannya kepada orang-orang miskin. Sekelompok hartawan itu menyangka diri mereka telah berlaku ikhlas. Namun, apabila mereka diharuskan menyumbangkan satu dinar saja, tetapi nama mereka tidak ditulis, niscaya berat bagi mereka untuk melakukannya.
Kelompok kedua
Sekelompok hartawan yang lain mungkin saja mendapatkan hartanya dari cara yang halal, lalu menginfakkannya untuk pembangunan masjid. Namun, mereka mengharapkan pujian. Bisa jadi di sekitar atau di negeri mereka masih terdapat orang-orang miskin. Maka, bersedekah kepada mereka lebih utama daripada menyumbang untuk memegahkan masjid. Lagi pula, masjid yang megah dan penuh hiasan kadang-kadang bisa merusak hati orang-orang yang mengerjakan shalat dan bisa jadi membuat mereka tertarik pada kemewahan dunia. Bukankah masjid dibangun untuk merendahkan diri dan membuat hati hadir bersama Allah? Kaum Hawari berkata kepada Nabi Isa Al-Masih, “Lihatlah masjid ini. Betapa indahnya!” Nabi Isa menjawab, “Wahai umatku. Dengan sungguh-sungguh kukatakan kepada kalian bahwa Allah tidak akan membiarkan satu pun batu tetap berdiri di masjid ini. Allah akan menghancurkan semuanya karena dosa para pemiliknya. Sesungguhnya Allah tidak peduli dengan emas, perak, maupun bebatuan yang membuat kagum kalian ini. Sesungguhnya hal yang paling Dia sukai adalah hati yang saleh.” Abu Darda’ mengatakan, “Jika kalian memegahkan masjid-masjid kalian dan menghiasi mushaf-mushaf kalian, kehancuranlah bagi kalian.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz