Kedua, makrifat. Yang kumaksud dengan makrifat adalah hendaknya seseorang mengenali dirinya sendiri dengan beribadah dan merendahkan diri; juga mengenali Tuhannya dengan segala sifat keagungan, keindahan, dan kesempurnaan-Nya; juga mengenali dunia dan akhirat. Dengan makrifat kepada Allah akan muncul kecintaan kepada-Nya dari dalam hati; dengan mengenai akhirat akan muncul keinginan kuat untuk mendapatkannya; dan dengan mengenai dunia akan muncul perasaan tidak nyaman terhadapnya. Jadi, jika seseorang telah mengenali dirinya, Tuhannya, dunianya, dan akhiratnya, hal yang paling penting baginya hanyalah apa yang bisa membuatnya sampai kepada Allah. Apabila keinginan ini sudah berkuasa dalam hatinya, niatnya menjadi benar dan segala bentuk tipu daya akan terpental. Tipu daya itu sendiri berawal dari tarikan-tarikan kepentingan dan keinginan terhadap dunia, kedudukan, dan harta benda. Selama seseorang masih mencintai dunia melebihi akhirat dan mencintai nafsu lebih melebihi ridha Allah, tidak mungkin ia terlepas dari tipu daya. Apabila cinta kepada Allah telah berkuasa di hati seseorang, ia butuh esensi yang ketiga. yaitu ilmu untuk mengetahui suluk untuk menuju dan mendekat kepada Allah. Ilmu itu telah saya sampaikan dalam kitab Ihya’ ‘Ulum al Din Dari kuarter “al-‘lbadat” seorang salik bisa menemukan syarat-syarat ibadah dan penyakit-penyakitnya; hendaknya ia memperhatikan syarat-syarat itu dan menghindari penyakit-penyakitnya. Dari kuarter “al-‘Adat” seorang salik bisa menemukan rahasia-rahasia penghidupan atau kebutuhan hidup: hendaknya ia mendapatkan kebutuhan hidupnya dengan tata krama syariat. Dari kuarter “al-Muhlikat” seorang salik bisa mengetahui rintangan-rintangan yang menghalangi seseorang dari jalan menuju Allah dan cara-cara mengatasinya. Dan dari kuarter “al-Munjiyat” seorang salik bisa mengetahui sifat-sifat terpuji, yang sengaja diletakkan di belakang pembahasan tentang sifat-sifat tercela, jika ia bisa menguasai semua itu, ia bisa menghindar dari segala macam bentuk tipu daya yang telah kami jelaskan. Jadi, pangkal dari semuanya adalah berkuasanya kecintaan kepada Allah di dalam hati.
Seandainya engkau bertanya: Jika seseorang telah melakukan semua yang telah engkau jelaskan, apa lagi yang dikhawatirkan terhadapnya?
Aku jawab: Dikhawatirkan ia akan ditipu setan. Seorang murid atau salik yang ikhlas, apabila telah selesai meluruskan budi pekerti dan menata hati. lalu Allah menjernihkan hatinya dari segala zat-zat yang bisa mengotorinya. setan tidak akan sanggup untuk memperdayanya. Apabila setan datang kepada salik dengan membawa dunia dan hawa nafsu, ia tidak akan menggubrisnya. Apabila setan datang kepadanya dengan membawa akhirat dan menyerunya untuk mengasihi orang-orang, menyayangi agama mereka, menasihati mereka, dan mendoakan mereka, ia akan melihat hamba-hamba Allah itu sedang kebingungan dalam urusan mereka. Jika ia mengikuti seruan tersebut, berarti setan menemukan kembali celah untuk memperdayanya.
Seandainya engkau bertanya: Lalu kapan seorang salik boleh menyibukkan diri menasihati manusia?
Aku jawab: Jika tujuannya hanya satu, yaitu menunjukkan mereka pada jalan Allah hanya karena Allah. Karena apa yang ia lakukan hanya karena Allah, ia senang bila ada orang lain yang juga berperan seperti dirinya; ia juga senang walaupun orang-orang mendapatkan petunjuk bukan melalui dirinya; ia pun sama sekali tidak terpengaruh oleh pujian dan harta mereka—pujian dan hinaan mereka sama saja baginya. Ia tidak peduli dengan cacian mereka, juga tidak gembira dengan pujian mereka.
Seandainya engkau bertanya: Jika para mubalig berhenti menyampaikan nasihat karena belum mencapai derajat yang engkau jelaskan, bukankah dunia akan sepi dari nasihat dan hati manusia menjadi kering kerontang?
Aku jawab: Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah bersabda, “Cinta dunia adalah pangkal segala dosa.” Jika manusia tidak menyukai dunia, niscaya alam ini hancur, kehidupan hancur, hati hancur, dan tubuh-tubuh jasmani pun hancur. Hanya saja Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah mengajarkan bahwa cinta dunia mencelakakan. Namun, penyebutan bahwa cinta dunia mencelakakan tidak akan mencabut cinta dunia dari hati sebagian besar manusia maupun dari sebagian kecil mereka. Dunia tidak akan hancur hanya karena sebagian kecil dari manusia tidak lagi mencintainya. Karena itu, pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah tidak akan ditinggalkan manusia; peringatan bahwa cinta dunia mencelakakan juga tidak akan ditinggalkan; nafsu-nafsu yang menghancurkan, yang sengaja diciptakan untuk menggiring manusia menuju neraka jahanam, juga tidak akan ditinggalkan manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah, Tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, “Pasti akan Kupenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama” (QS Al-Sajdah [32]: 13).
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz