Seorang muta’affif tidak membutuhkan pertolongan selain dari Allah SWT, dan ridha menerima sedikit rezeki yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang demikian itu diridai Allah SWT, baginya dibukakan pintu rahmat, dikaruniai kesanggupan hidup tanpa membutuhkan orang lain, rasa kebahagiaan dan hatinya penuh dengan iman. Mengenai orang seperti itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam menyatakan:
من يستغن يغنه الله ومن يقنع يقنّعْه الله
“Barangsiapa yang tidak membutuhkan pertolongan orang lain, Allah SWT akan mencukupi kebutuhannya, dan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya, Allah SWT akan membuatnya cukup dengan apa yang ada padanya.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar).
Dalam hadis yang lain disebut:
ومن استعف يعفه الله ومن يتصير يصبره الله وما اعطى الله أحدا عطاء هو خير له واوسع من الصبر
“Barangsiapa bertahan menjaga harga diri, Allah akan membuatnya sanggup menjaga harga diri. Orang yang berusaha menyabarkan diri, Allah akan membuatnya dapat bersabar. Apa yang diberikan Allah kepada seseorang, itu lebih baik baginya dan lebih luas (besar) daripada kesabarannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, dan An-Nasa’I).
Yang dimaksud “menyabarkan diri” adalah dengan sabar menghadapi kesempitan hidup dan soal keduniaan lainnya yang tidak menyenangkan. Sementara ulama hadis menyebut, “Barangsiapa yang mohon kepada Allah agar harga dirinya terjaga, tidak minta-minta kepada orang lain dan tidak memperlihatkan kemiskinannya, Allah niscaya akan membuatnya sebagai orang ‘affif (pantang berbuat nista). Dan barangsiapa yang memperlihatkan ketidakbutuhannya kepada banyak orang lain, niscaya Allah akan membuat hatinya penuh dengan perasaan tidak butuh.”
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani