“Orang-orang yang saling mencinta demi karena Allah, di dalam surga mereka mendapat kamar-kamar terbuat dari zabarjad yang tiang-tiangnya terbuat dari Yaqut. Pada kamar-kamar itu terdapat beberapa pintu terbuka bagi masuknya cahaya terang benderang bagaikan sinar al-kaukab ad-durri (bintang kejora).” Demikianlah menurut hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar, berasal dari Abu Hurairah r.a.
“Mereka mendapat kamar-kamar yang bagian-bagian luarnya tampak dari bagian-bagian dalamnya dan bagian-bagian dalamnya tampak dari bagian-bagian luarnya.” (Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam Al-Ausath).
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam akan menjadi saksi (di akhirat) bagi orang yang mencintai demi karena Allah, membenci demi karena Allah, memberi demi karena Allah dan tidak memberi pun demi karena Allah; bahwa mereka itu orang-orang yang beriman sempurna.” (Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud).
Kecintaan yang sungguh-sungguh memang mulia karena dapat membalut yang retak, menyerasikan hubungan antara yang lemah dan yang kuat, memajukan orang yang berada di belakang ke baris terdepan, dan membuat orang dapat mengubah diri menjadi lebih baik berkah kemampuannya mengambil teladan dari orang-orang terkemuka yang memiliki sifat-sifat utama. Di bawah ini beberapa hadits mengenai masalah tersebut di atas.
Anas r.a. menuturkan: Seorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, “Kapankah datangnya Hari Kiamat?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam balik bertanya, “Apa yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Tidak sesuatu apa pun, hanya saja aku ini orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menegaskan, “Engkau bersama dengan orang yang kucintai.”
Mendengar itu Anas berkata, “Aku mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Kuharap diriku akan bersama mereka karena kecintaanku kepada mereka.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits lainnya menuturkan: Seorang Arab pegunungan datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, lalu bertanya, “Ya Rasulullah, kapankah kiamat akan terjadi?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam balik bertanya, “Celaka engkau, apa yang telah kau-persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Aku tidak siap menghadapinya, hanya aku ini mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menegaskan, “Engkau bersama orangyang kaucintai.” Mereka (para sahabat yang hadir) bertanya kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, “Apakah kami juga?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menjawab, “Ya.” Mereka pada berkata, “Pada hari itu kami benar-benar amat gembira.” (Diriwayatkan oleh Bukhari).
Turmudzi meriwayatkan hadits serupa dengan untaian kalimat agak berbeda. Ia mengatakan, aku tidak pernah melihat para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam lebih gembira daripada kegembiraan mereka ketika itu. Ada seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, jika orang mencintai orang lain yang berbuat kebajikan, tetapi ia tidak berbuat seperti yang dilakukan orangyang dicintainya …?!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menjawab, “Orang itu bersama orang yang dicintainya.”
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani