Ketahuilah bahwa suatu bentuk riya bisa lebih besar dosanya daripada bentuk yang lain. Perbedaan ini dipengaruhi pilar-pilar pendukung suatu bentuk riya dan tingkatannya.
Pilar riya ada tiga, yaitu [1] niat untuk berbuat riya, [2] amal yang menjadi sarana riya, dan [3] tujuan yang menjadi objek riya.
- Niat untuk berbuat riya
Adakalanya niat seseorang semata-mata hanya untuk berbuat riya dan adakalanya dibarengi dengan niat beribadah dan mendapatkan pahala dari Allah. Apabila dibarengi dengan niat mencari pahala, ada kemungkinan niat mencari pahala lebih besar, lebih lemah, atau sama dengan niat untuk beribadah. Dengan demikian, riya ada empat tingkatan.
Tingkatan pertama, yang paling tinggi, apabila pelaku nya sama sekali tidak bermaksud mencari pahala dari amalnya. Misalnya, seseorang mengerjakan shalat di tengah banyak orang. Seandainya tidak ada mereka, ia tidak mau mengerjakan shalat. Bahkan bisa jadi ia mengerjakan shalat di depan mereka tanpa terlebih dulu bersuci. Maka, orang seperti ini hanya berniat melakukan riya atau pamer. Orang seperti ini mendapatkan murka dari Allah Swt Orang yang mengeluarkan sedekah semata-mata karena takut dicela orang, tidak mengharapkan pahala-Nya, dan seandainya tidak ada orang ia tidak akan bersedekah, juga sama akan mendapat murka Allah.
Tingkatan kedua, apabila pelaku riya juga menginginkan pahala dari Allah, tetapi niat tersebut lemah. Sebagai bukti lemahnya niat tersebut, ia tidak akan beramal seandainya sedang sendirian. Dengan demikian, bukan niat mencari pahala yang membuatnya beramal, meiainkan niat pamer. Karena itu, tingkatan riya ini dekat dengan yang pertama dan pelakunya mendapatkan murka dan dosa.
Tingkatan ketiga, apabila niat seseorang untuk berbuat riya dan niat untuk mendapatkan pahala sama besarnya. Maksudnya, seandainya salah satu dari niat itu tidak ada. ia tidak beramal. Dan ia beramal ketika kedua niat itu ada secara bersamaan,. Atau seandainya hanya ada salah satu dari niat itu, tetap masih kurang untuk memotifasinya beramal. Amal semacam ini memiliki keburukan dan kebaikan sama. Maka kami berharap semoga ia mendapatkan impas, dosanya dan pahalanya sama. Namun, banyak kabar menunjukkan amal seperti itu tidak diterima. Tingkatan keempat, apabila kehadiran orang lain membuatnya lebih bersemangal dalam beramal. Seandainya tidak ada mereka, ia akan tetap beramal. Sekiranya ia hanya bermaksud riya, tentu ia tidak akan beramal. Maka, kita bisa mengira—dan Allah lebih tahu—bahwa pahala amalnya tidak hilang, hanya berkurang sedikit sesuai dengan kadar riyanya dan ia mendapatkan pahala sesuai dengan kadar niatnya untuk mendapatkan pahala. Adapun sabda Nabi, “Allah Swt berfirman, ‘Aku sangat tidak butuh pada syirik (baca riya),'” dimaksudkan apabila niat untuk mencari pahala dan niat riya sama besar atau niat riyanya lebih besar.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz