KAUM MUSLIMIN HIJRAH KE MADINAH
Kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala untuk memenangkan agama dan Rasul-Nya kini mulai terwujud dalam kenyataan. Berkat keuletan, ketabahan dan kebijaksanaan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, dua kabilah terbesar dan yang merupakan mayoritas penduduk Yatsrib (Madinah) siap menerima agama Islam. Pada saat kabilah-kabilah Arab lainnya di Semenanjung Arabia yang dipelopori kabilah Quraisy masih menolak dan menentang Islam, dua kabilah Aus dan Khazraj di Yatsrib telah mendahului kabilah-kabilah lain dalam memeluk agama tersebut. Allah melimpahkan hidayat dan petunjuk ke jalan lurus kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Ada beberapa sebab yang mempermudah keislaman dua kabilah Aus dan Khazraj. Menurut kenyataan memang terdapat perbedaan watak dan perangai antara kabilah Quraisy dan penduduk Makkah di satu pihak, dengan kabilah-kabilah Arab di Yatsrib (Madinah) di lain pihak. Penduduk Yatsrib pada umumnya tidak mempunyai tabiat ekstrem dan watak sombong dalam mengingkari kebenaran. Hal itu disebabkan oleh watak ras dan asal keturunan mereka sebagaimana yang pernah diungkapkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dalam ucapannya: “Telah datang kepada kalian penduduk Yaman yang berperasaan halus dan berhati lembut”. Orang-orang Anshar adalah dua kabilah Aus dan Khazraj. Kedua-duanya berasal dari keturunan orang-orang Yaman yang pada zaman dahulu meninggalkan negerinya kemudian menetap bermukim di Yatsrib. Mengenai mereka itu Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’anul-Karim memuji mereka.
والذين تبوءوا الدار والإيمان من قبلهم يحبون من هاجر اليهم ولا يجدون في صدورهم حاجة مما اوتوا ويؤثرون على انفسهم ولوكان بهم خصاصة {الحشر:9
“… Mereka yang bertempat tinggal di Madinah dan telah beriman (yakni kaum Anshar) lebih dulu sebelum kedatangan kaum Muhajirin. Mereka itu mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dalam hati mereka tidak terdapat pamrih ingin (memperoleh kemuliaan) yang dilimpahkan Allah kepada orang-orang yang berhijrah. Mereka telah mengutamakan kaum Muhajirin daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka (hidup) dalam keadaan serba kekurangan. “(QS. Al-Hasyr: 9)
Sebab lainnya lagi ialah permusuhan dan peperangan terus-menerus antara dua kabilah itu yang berpuncak pada meletusnya perang “Bu’ats”[1] hingga kedua-duanya nyaris hancur bersama. Dari peperangan tersebut dua kabilah sama-sama menderita akibatnya yang sangat berat dan pahit. Pada akhirnya semua pihak menginginkan pemulihan kembali kerukunan dan persatuan serta saling berusaha menghindari peperangan. Keadaan itulah yang diungkapkan oleh rombongan orang-orang Madinah yang bertemu dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam di ‘Aqabah. Kepada beliau mereka berkata: “Bila Allah berkenan mempersatukan mereka di dalam agama Islam, tak-akan ada orang lain yang lebih mulia dan lebih berwibawa daripada Anda”. Selain itu, orang-orang dari dua kabilah tersebut sering mendengar berita yang didengungkan oleh pihak Yahudi mengenai akan datangnya seorang Nabi. Tokoh-tokoh Yahudi membacakan Taurat dan menafsirkannya kepada orang-orang Arab di Madinah, bahkan menegaskan kepastian datangnya seorang Nabi pada akhir zaman. Apabila bertengkar dengan orang-orang Arab mereka sering berkata mengancam: “Bersama Nabi itulah kami akan menumpas kalian sebagaimana yang dahulu pernah dialami oleh kaum ‘Aad dan lram,” demikian kata mereka. Mengenai ucapan orang-orang Yahudi itu Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’anul-Karim, Surah Al-Baqarah: 89:
“Kemudian setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari Allah, yang membenarkan apa yang ada pada mereka (yakni: yang ada pada Kitab Suci mereka, Taurat, mengenai kedatangan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam), yang sebelum itu selalu mereka harapkan kedatangannya agar mereka dapat mengalahkan orang-orang kafir, namun setelah apa yang mereka ketahui itu datang, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar itu”
Dengan adanya kabar berita yang sering didengung-dengungkan pihak Yahudi itu maka tak ada hambatan besar bagi kabilah Aus dan Khazraj untuk meninggalkan kepercayaan keberhalaan seperti yang terus dipertahankan oleh penduduk Makkah dan kabilah-kabilah Arab lainnya. Karena itu setelah mereka mendengar dan bertemu dengan Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pada suatu musim haji dan secara langsung mendengar sendiri ajakan beliau untuk memeluk Islam, tanpa ragu-ragu mereka menerimanya dengan baik.
Sumber : “Sejarah Kehidupan Muhammad” dan “Fikih Sirah” Karya Al Habib Muhammad bin Husain Al Hamid dan Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi
[1]Perang “Bu’ats” adalah peperangan terakhir antara kabilah Aus dan kabilah Khazraj, terjadi 5 tahun sebelum hijrah. “Bu’ats” adalah nama sebuah tempat di pinggiran kota Madinah. Perang “Bu’ats” berkobar akibar politik adu-domba kaum Yahudi Madinah yang menyelinap ke dalam rubuh dua kabilah tersebut. Peperangan yang dipersiapkan lebih dulu selama 40 hari itu berkecamuk demikian hebat, masing-masing pihak dengan mempertahankan kedudukan, kepentingan dan kehormatam Pada mulanya kemenangan berada di pihak Khazraj, tetapi keadaan kemudian berubah, dan kemenangan berbalik berada di pihak Aus. Dalam kesempatan itu orang-orang Aus melancarkan tindakan balas dendam. Banyak sekali orang Khazraj yang dibunuh dan rumah-rumah serta pemukiman mereka dibakar hingga ludes {Fathui-Bari, V/85).