PELAJARAN DAN BAHAN RENUNGAN Bagian Ke-3
Jika Anda lebih jauh memperhatikan pribadi-pribadi di sekeliling Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam saat sibuk berdakwah dan berjihad, Anda akan mengetahui bahwa mayoritas mereka adalah pemuda, bahkan ada juga yang belum melewati tahapan awal dari masa hidup sebagai pemuda. Oleh karena itu, tentu tidak akan sulit bagi mereka untuk mencurahkan semua energi demi meraih kejayaan Islam dan membangun sebuah masyarakat muslim.
Diantara pelajaran penting adalah, berkenaan dengan apa yang terjadi pada Suragah dan kuda yang ditungganginya ketika penjahat Quraisy itu nyaris berhasil mengejar Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, seharusnya kita tidak lupa bahwa itu adalah salah satu mukjizat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Keshahihannya telah disepakati semua ulama hadits yang kemudian meriwayatkan untuk kita semua, termasuk Imam AI-Bukhari dan Imam Muslim. Jadi, Anda tidak perlu ragu bahwa peristiwa ajaib itu memang mukjizat yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Diantara pelajaran penting adalah, Salah satu mukjizat paling menonjol dalam rangkaian peristiwa hijrah ini adalah ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam keluar dari kediaman beliau yang sebenarnya sudah dikepung rapat oleh orang-orang musyrik yang ingin menghabisinya. Tiba-tiba saja mereka semua tertidur sehingga tak ada seorang pun yang mengetahui bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah keluar. Kehinaan terhadap orang-orang musyrik itu kemudian ditambah lagi dengan bertaburnya debu di atas kepala mereka yang disebarkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sambil merapalkan sebuah ayat Al-Qur’an, “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka semua sehingga mereka tidak dapat melihat,” (QS Yasin [36]: 9).
Mukjizat ini menjadi semacam maklumat yang ditujukan kepada orang-orang musyrik di sepanjang masa, bahwa semua kesulitan dan kekejaman yang dihadapi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan sahabat-sahabat beliau dalam perjalanan panjang menegakkan agama, sebenamya sama sekali tidak berarti Allah Subhanahu wa ta’ala meninggalkan mereka. Bukan pula berarti mereka semakin jauh dari kemenangan. Oleh karena itu, orang-orang musyrikdan semua pihak yang memusuhi Islam jangan dulu bergembira, sebab pertolongan Allah Subhanahu wa ta’ala amatlah dekat, jaIan menuju kemenagan selalu terbuka untuk umat Islam.
Diantara pelajaran penting adalah, Sambutan hangat penduduk Madinah terhadap kedatangan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menunjukkan kecintaan yang sangat besar,yang tersemat di dalam hati setiap sahabat Anshar, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Kala itu, setiap hari orang-orang Anshar keluar ke pusat kota Madinah untuk menunggu kedatangan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam di bawah terik matahari. Dan ketika matahari kembali ke peraduan, mereka kembali ke kediaman masing-masing. Begitu seterusnya sampai Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam benar-benar hadir di tengah mereka. Hati mereka pun berbunga-bunga. Lidah mereka tiada henti menyenandungkam syair kegembiraan menyambut Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam pun membalas luapan cinta mereka. Sampai-sampai, melihat anak-anak Bani Najjar mengelilinginya sambil menyenandungkan syair, beliau bersabda, “Apakah kalian menyukai diriku? Demi Allah, sesungguhnya hatiku pun menyukai kalian.” Semua itu menunjukkan kepada kita bahwa kecintaan terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bukan hanya diwujudkan dengan mengikuti beliau. Kecintaan terhadap beliau harus dijadikan landasan untuk mengikuti beliau. Sebab, jika bukan karena cinta yang tulus di dalam hati, tidak akan muncul dorongan untuk mengikuti yang dicintai.
Terlalu picik untuk memaknai cinta kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam hanya dengan “mengikuti”. Mereka rupanya lupa bahwa tindakan “mengikuti” tidak dapat terlaksana tanpa pendorong. Padahal, tidak ada pendorong yang lebih kuat bagi tindakan “mengikuti” selain cinta dalam hati yang meresap ke seluruh jiwa dan raga. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam menjadikan timbangan untuk mengetahui keimanan seseorang terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala adalah kecintaan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dalam hati harus lebih besar daripada kecintaan kepada anak, orang tua, dan siapa pun juga. Semua ini membuktikan bahwa cinta kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam serupa dengan cinta seseorang kepada orang tua dan anak, yang sumber keduanya adalah perasaan dan hati. Oleh karena jika sumbernya bukan hati yang tulus, maka kedua jenis cinta itu tidak dapat diperbandingkan satu sama lain.
Sumber : “Sejarah Kehidupan Muhammad” dan “Fikih Sirah” Karya Al Habib Muhammad bin Husain Al Hamid dan Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi
Tes