PELAJARAN DAN RENUNGAN DARI SEJARAH HIJRAH Bagian Ke-1
Banyak pelajaran dan bahan renungan yang dapat kita petik dari sejarah hijrah, diantaranya adalah: Tidakkah Anda melihat perubahan kondisi yang dihadapi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dari tahun ke tahun selama mengemban misi kenabian? Kesabaran telah meranum, kesungguhan telah menunjukkan hasil, dan batang tanaman dakwah telah menguat, menjadi besar, dan tegak kokoh di atas akarnya yang menghunjam di perut bumi. Tidak lama kemudian, buah-buahan yang ranum siap dipetik. Sebelum membahas lebih jauh tentang buah dakwah yang mulai masak, mari terlebih dahulu kita melihat tabiat kesabaran Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak membatasi ruang dakwah hanya untuk kaum Quraisy yang selalu menanggapi seruan beliau dengan berbagai macam kekejian. Beliau juga menyebarkan dakwah kepada suku-suku yang datang ke Mekkah dari segala penjuru untuk melaksanakan ibadah haji. Kepada suku-suku itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengenalkan diri, kemudian mengajak mereka untuk menganut Islam dengan tauhid sebagai soko gurunya. Tanpa jemu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam terus berdakwah dengan cara seperti itu walaupun tak kunjung muncul seseorang yang bersedia memenuhi seruannya.
Imam Ahmad, para penulis kitab kitab Sunan, dan Imam Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam selalu memperkenalkan diri beliau kepada orang banyak di saat musim haji tiba. Biasanya, beliau bersabda, “Adakah seseorang yang bersedia membawaku kepada kaumnya, karena sesungguhnya orang-orang Quraisy telah melarangku menyampaikan firman Tuhanku?”. Sebelas tahun Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjalani kehidupan yang nyaris tanpa istirahat dan ketenangan karena kaum Quraisy siang dan malam tiada henti berusaha membunuh beliau, sambil terus menimpakan berbagai gangguan dan kekejaman kepadanya. Padahal, mereka mengetahui, apa pun yang mereka lakukan tidak sedikit pun menyurutkan semangat Nabi dalam berdakwah. Selama 11 tahun pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam mengalami keterasingan yang mencekam di tengah kaumnya sendiri, juga suku-suku yang tinggal di sekitar Mekkah. Namun, tak sedetik pun Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam merasa putus asa, takut, atau merasa terputus dari rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala.
Selama 11 tahun Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak pernah berhenti bersabar dalam berjihad di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala. Itulah harga yang harus dibayar dan jalan yang harus dilalui untuk mencapai kejayaan Islam yang menyebar ke seluruh penjuru barat dan timur. Di hadapan keperkasaan Islam, imperium Romawi, Persia, dan berbagai peradaban lainnya bertekuk lutut, tanpa jihad, kesabaran, kelelahan, dan ketabahan menghadapi perilaku buruk amatlah mudah bagi Allah Subhanahu wa ta’ala untuk menegakkan masyarakat Islam di muka bumi. Akan tetapi, sunnatullah-lah yang menginginkan semua jalan berliku itu dilalui hamba-hamba-Nya karena Allah Subhanahu wa ta’ala. ingin membuktikan kemurnian penghambaan makhluk-Nya. Penghambaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala memang hanya dapat diaktualisasi-kan lewat kerja keras sebagaimana seorang yang jujur tidak dapat dibedakan dari yang munafik tanpa diuji. Selain itu, tidaklah adil jika seseorang mendapatkan hasil menyenangkan, tanpa terlebih dahulu bersusah-payah mengarungi penderitaan. Oleh sebab itu, Allah Subhanahu wa ta’ala membebani manusia dengan dua tugas, yaitu: 1). menegakkan syariat dan masyarakat Islam 2). menempuh jalan menuju ke dua hal tersebut dengan penuh kesulitan dan ujian.
Sekarang, mari kita renungkan buah yang berhasil dipetik Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam setelah 11 tahun berdakwah. Pertama, buah yang lama ditunggu-tunggu itu ternyata muncul dari luar pihak Quraisy. Dalam anti kata, bukan dari suku asal Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam meskipun beliau tinggal bersama mereka sekian lama. Mengapa begitu?. Jawabannya, sebagaimana telah kami katakan di awal, Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Bijaksana telah menggariskan dakwah Islam harus berjalan di jalur yang tidak memberi peluang sedikit pun bagi munculnya keraguan, terutama bagi orang-orang yang ingin meneliti segala sifat dan sumbernya. Tujuannya agar manusia mudah mengimani, sekaligus agar ajarannya tidak bercampur-aduk dengan ajaran agama lain. Itulah mengapa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam buta huruf, alias tidak mampu baca-tulis. Beliau juga diutus kepada bangsa yang buta huruf karena belum memiliki peradaban yang tinggi. Meskipun begitu, akhlak beliau yang mulia, sifat amanah, dan keteguhan hatinya Allah jadikan teladan bagi umat manusia. ltulah mengapa orang-orang yang menolong gerakan dakwah Rasulullah justru berasal dari luar kaumnya. Dengan begitu, orang tidak dapat menuduh bahwa dakwah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam merupakan gerakan nasionalisme yang muncul dari bangsa atau suku Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sendiri.
Secara faktual, semua itu menjadi bukti paling jelas bagi siapa pun yang mempelajari sirah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam tentang keberadaan “tangan Tuhan” yang selalu menyertai beliau dalam segala aspek kehidupannya. Tujuannya agar tidak ada peluang bagi para penjahat ghazw alfikr untuk memberi citra buruk atas misi dan kepribadian Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Inilah yang dibicarakan pakar dari Barat sebagaimana dikutip dalam buku Hadhir Al-Alam Ai-Islami yang berkaitan dengan “ideologi” yang ia anut. “Sebenarnya, kalangan orientalis yang berusaha mengkritik sirah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan menggunakan pendekatan ala Eropa seperti ini telah menghabiskan waktu selama tiga perempat abad untuk melakukan berbagai penelitian yang ditujukan untuk menghancurkan sirah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam yang sudah disepakati oleh jumhur ulama Islam. Setelah semua penelitian panjang yang mereka lakukan itu, mereka berharap dapat menghancurkan semua pendapat yang otoritatif dan berbagai riwayat yang masyhur berkenaan dengan sirah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Apakah mereka berhasil mencapai sesuatu yang diinginkan? Jawabannya, usaha yang mereka lakukan itu ternyata nyaris tidak mengubah apa pun. Bahkan, jika diteliti lebih jauh lagi, semua “pemikiran” baru yang dicetuskan oleh para orientalis Prancis, Inggris, Jerman, Belgia, dan Belanda tidak lebih dari sekadar serangan membabi-buta. Anda akan mengetahui bahwa ternyata pendapat yang dibela mati-matian oleh seorang orientalis tertentu justru dipatahkan oleh orientalis lainnya”.
Sumber : “Sejarah Kehidupan Muhammad” dan “Fikih Sirah” Karya Al Habib Muhammad bin Husain Al Hamid dan Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi