Obat bagi semua penyakit adalah dengan melenyapkan bahan dasarnya. Nabi Yahya pernah bertanya kepada Nabi isa. “Apakah yang paling keras?” Nabi Isa menjawab, “Murka Allah.” Nabi Yahya bertanya lagi, “Lalu apa yang mendekatkan seseorang pada murka Allah?” Nabi Isa menjawab. “Saat engkau marah.” Nabi Yahya kembali bertanya, “Lantas apa yang menyebabkan kemarahan dan menumbuhkannya?” Nabi Isa menjawab. “Kesombongan. tinggi hati, dan kepongahan.“
Jadi, yang bisa mengobarkan kemarahan adalah kesombongan, ujub, gurauan, hinaan, perilaku membuka aib orang, perdebatan, pertentangan, pengkhianatan, serta ketamakan terhadap harta benda dan kedudukan. Maka dari itu, sudah seharusnya engkau melenyapkan kesombonganmu dengan sikap rendah hati, dan ketinggian hatimu dengan mengenali dirimu.
Bangga diri, ujub, dan sombong termasuk sifat yang sangat hina. Yang bisa dibanggakan hanyalah keutamaan, dan sifat-sifat mulia. Gurauan bisa ditinggalkan dengan menyibukkan diri dengan urusan-urusan ibadah; ketidaksungguhan bisa dihilangkan dengan kesungguhan dalam mencari keutamaan, akhlak, dan ilmu yang bermanfaat; hinaan bisa dipadamkan dengan menjaga hati, berlaku mulia, dan tidak mencela orang lain; perilaku membuka aib bisa dihilangkan dengan menghindari perkataan kotor dan menyakiti hari orang, cacian, dan ketamakan terhadap gemerlap kehidupan bisa dilenyapkan dengan merasa cukup dengan kebutuhan—guna mencapai kekayaan hati.
Di antara penyebab kemarahan yang paling besar bagi sebagian besar orang-orang awam adalah penggunaan lstilah pemberani, gentle, besar-nyali, dan istilah-istilah positif lainnya kepada orang yang suka marah. Penggunaan isitilah-istilah itu disebabkan oleh kebodohan mereka. Dampaknya, orang cenderung senang dan menganggap pelampiasan amarah sebagaj kebaikan. Padahal itu adalah penyakit hati, bukti kurangnya akal, dan tanda kelemahan jiwa. Oleh karena itu, orang sakit lebih cepat marah daripada orang sehat; perempuan lebih cepat marah daripada lelaki; anak-anak lebih cepat marah daripada orang dewasa- kakek-kakek lebih cepat marah daripada orang setengah baya, dan orang hina lebih cepat marah daripada orang mulia.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz