Tanggung jawab untuk mendidik anak merupakan tanggung jawab primer. Karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami istri dalam satu keluarga. Keluarga adalah suatu elemen terkecil dalam masyarakat yang merupakan unit sosial yang utama melalui individu-individu inilah disiapkan nilai-nilai hidup dan kebudayaan yang utama.
Demikian peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Yang menjadi persoalan sekarang bagaimana cara pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari segi cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak. Bagaimana cara orang tua mendidik anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Cara mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang tua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman, pembiasaan, penciptaan situasi maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan.
Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola hidup, hubungan suami istri. Semua ini secara tidak sengaja telah membentuk situasi dimana anak selalu bercermin terhadap kehidupan sehari-hari dari orang tuanya.
Ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni pola asuh otoriter, pola asuh demokratik, dan pola asuh yang permisif.
- Pola Asuh Otoriter
- Pola Asuh Demokratis
- Pola Asuh Permisif
- Pengaruh Pola Asuh Terhadap Anak
Sumber : Pendididkan Anak dalam Islam – Kasyful Anwar Syarwani