Ketahuilah, dilihat dari beberapa segi, menghindar dari dosa dan menjauhi kemaksiatan, lebih mudah daripada bertaubat darinya. Allah telah memerintahkan hamba-Nya agar bertaubat dari dosa jika ia terjerumus ke dalamnya. Mendorong mereka untuk bertaubat serta menjanjikan kepada mereka akan mengabulkan taubat sebagai karunia dari-Nya. Dia pun menyifatkan Dzat-Nya dengan hal itu dalam kitab-Nya yang mulia. Allah SWT berfirman:
وهو الذي يقبل الثوبة عن عباده ويعفو عن السيئات ويعلم ما تفعلون
Artinya: “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Qs. as-Syura ayat: 25).
Allah SWT juga berfirman:
غافر الذنب وقابل التوب
Artinya: “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat.” (Qs al Ghafir ayat: 3)
Sesungguhnya taubat mempunyai syarat-syarat. Tidak sempurna taubat seseorang kecuali dengannya dan tidak pantas untuk dikabulkan kecuali syarat itu dipenuhi dengan benar. Yang pertama dan yang terutama adalah penyesalan yang tulus atas dosa-dosa yang telah lalu. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam:
القدم ثوية
Artinya: “Penyesalan adalah taubat.”
Maknanya, jika benar dan tulus penyesalan seseorang, maka ia hampir mencakup dan meliputi syarat-syarat taubat seluruhnya. Lalu termasuk syarat taubat adalah berniat dengan teguh bahwa ia tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang telah ia lakukan selama hidupnya. Ketika bertaubat hendaknya tidak dalam keadaan masih menjalankan atau mengulang-ulang dosa yang ia bertaubat darinya.
Seorang yang bertaubat juga berkewajiban untuk keluar dari kedzaliman terhadap orang lain yang pernah ia lakukan, baik itu jiwa, kehormatan, atau harta. Juga benar-benar berusaha sekuat tenaga dan kemampuannya untuk menyelesaikannya. Ia juga diharuskan mengganti perintah wajib Allah SWT, yang telah diwajibkan kepada dirinya, yang ia tinggalkan, seperti shalat, zakat, puasa, dan lain-lain.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad