Sahl bin Abdullah at-Tusturi rhm berkata: “Sesungguhnya Allah SWT berkata kepada Nabi Allah Adam as Wahai Adam, Akulah Allah tiada yang patut dan pantas disembah selain Aku. Barangsiapa mengharap selain karunia-Ku dan takut pada selain keadilan-Ku, ia tidak mengenal-Ku.”
Sahl rhm juga berkata: “Cobaan dari Allah SWT terbagi menjadi dua, yang pertama cobaan sebagai rahmat, dan yang kedua cobaan sebagai hukuman. Cobaan sebagai rahmat adalah yang mendorong orang yang tertimpa musibah untuk menampakkan kefakiran dan kebutuhannya kepada Allah SWT serta meninggalkan ketergantungan pada rencana dan pilihan dirinya. Adapun cobaan sebagai hukuman mendorong orang yang terkena musibah untuk bergantung pada rencana dan pilihan dirinya.”
Sahl juga berkata: “Tariklah manisnya zuhud dengan tidak banyak berangan-angan, putuslah sebab-sebab kerakusan dengan tidak banyak berharap Hadanglah kelembutan hati dengan bergaul bersama orang yang giat berdzikir. Berhiaslah untuk Allah SWT dengan keteguhan dalam setiap keadaan. Berhati-hatilah engkau dari perbuatan menunda-nunda amal!
Sesungguhnya perbuatan menunda-nunda itu banyak menenggelamkan orang yang binasa. Berhati-hatilah engkau dari kelalaian! Karena di dalamnya terdapat titik hitam. Tariklah tambahan nikmat dengan rasa ryukur yang agung dan engkau tak mungkin dapat mencapainya.”
Sahl juga berkata: “Marah lebih berbahaya bagi badan daripada penyakit. Karena jika seseorang marah akan masuk ke dalam dirinya rasa sakit lebih banyak daripada ketika ia sakit.” Sebab itulah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam bersabda yang artinya: “Janganlah engkau marah.” Beliau mengulanginya berkali-kali.
Sahl berkata: “Akan datang satu zaman bagi umat manusia, barang yang halal akan hilang dari tangan orang kaya dan harta mereka didapatkan dari jalan yang tidak halal. Maka Allah menjadikan kekuasaan kepada sebagian mereka atas yang lain. Lalu hilanglah kenikmatan hidup mereka, hati merela selalu diliputi rasa takut akan kehilangan dunia dan takut celaan musuh.
Tak didapati kenikmatan hidup kecuali pada budak dan hamba sahaya mereka. Sedangkan para pemimpin mereka berada dalam kesengsaraan dan kepedihan serta takut kepada orang yang zalim. Tak ada yang merasakan kenikmatan hidup kecuali orang munafik yang tidak peduli darimana ia mendapatkan harta dan kemana ia mengeluarkan, serta tak perduli bagaimana ia membinasakan dirinya sendiri.
Di saat itu, kedudukan para ulama adalah kedudukan orang yang bodoh di antara mereka, kehidupan mereka adalah kehidupan orang yang jahat dan kematian mereka adalah kematian orang yang bingung dan sesat.”
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad