Allah berfirman:
أم حسب الذين اجترحوا السيئات أن تجعلهم كالذين آمنوا وعملوا الصالحات
Artinya: “Apakah orang-orang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.” (Qs. al-Jatsiyah ayat: 21)
Allah SWT juga berfirman:
ام تجعل الذين آمنوا وعملوا الصالحات كالمفسدين في الأرض ام تجعل المتقين كالفجار
.
Artinya: “Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (Qs. ash-Shadayat: 28)
Telah diketahui dan menjadi jelas bahwa mengharap tanpa amal dan usaha adalah tipu daya angan-angan kosong. Tetapi setiap orang yang beramal dan berusaha harus disertai pengharapan dan prasangka baik.
Kami telah membahas secara luas dalam kitab yang berjudul an-Nashaih ad-Diniyyah mengenai dua masalah ini, yaitu, berdalih dengan takdir ketika meninggalkan perintah Allah SWT dan berangan-angan mengharapkan ampunan, disertai kemaksiatan serta menunda-nunda taubat.
Barangsiapa yang menginginkan tambahan penjelasan di atas hendaknya menelaahnya. Dan semuanya melengkapi dan mencukupi berkat pertolongan Allah SWT dan keberkahan Rasul-Nya bagi orang yang mengikuti petunjuk dan menjauhi jalan kesesatan. Tidaklah taufik yang aku dapatkan kecuali dari Allah SWT Kepada-Nya aku bertawakkal dan bersandar.
Begitu juga seseorang hendaknya tidak berniat untuk bertaubat dari dosa yang belum dilakukannya. Karena kemungkinan hal itu dapat memudahkan dirinya terjerumus ke dalamnya dan menjadikan perbuatan maksiat itu remeh di dalam hatinya. Hal itu bagaikan orang yang memakan makanan yang beracun dan bersandar pada obat penawar yang akan ia minum.
Maka perbuatan itu akan menjadi sebab kebinasaan dan penyakit bagi dirinya. Karena mungkin ketika obat penawar itu diminum, ada syarat syarat yang tidak terpenuhi. Atau mungkin saja ada penghalang lain yang akan mencegahnya untuk meminum obat penawar, seperti menunda nunda, mengakhirkan, atau bermaksud membiasakannya dan sebagainya.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad