Aku pernah ditanya tentang perkataan al-lmam al-Ghazali tentang masalah perasaan dalam hati dan sangsinya. Sebenarnya masalah ini sudah jelas. Secara global dapat dijelaskan bahwa selama perasaan dalam hati itu masih ragu-ragu, apakah ia baik ataukah buruk? Maka hal itu tidak akan mendatangkan pahala ataupun siksa, sampai timbulnya kemantapan yang pasti. Pada saat itulah orientasi balasan baru ditetapkan.
Adapun perasaan dalam hati yang dibicarakan oleh al-lmam al-Ghazali dalam bab ini tidak berbeda dengan ucapannya yang disebutkan olehnya dalam bagian akhir Kitab al-Khauf. Di sana ia menyebutkan bahwa di dalam batin manusia terdapat berbagai sifat yang buruk, seperti sombong, riya’, dengki dan sifat apapun yang semisalnya dengannya.
Yang mana kesemuaanya itu akan terlihat dalam wajah yang menakutkan setelah ia mati, sebab ia tersiksa oleh karena perkara itu. Masalah ini akan dialami oleh seorang yang belum sempat membersihkan berbagai noda buruk di dalam hatinya sampai ajal nya datang.
Jika perasaan dalam hati yang disebutkan di dalam Kitab al-Khauf memang seirama dengan yang kami sebutkan dalam bab ini, maka hal itu tidak ada kesulitan, karena perasaan dalam hati adalah sesuatu yang bergetar di dalam jiwa, kemudian maju dan mundur di dalam dada hingga mencapai puncaknya, namun terkadang ada kalanya ia surut sebelum itu.
Sifat-sifat buruk inilah yang pernah disebutkan dalam Kitab al-Khauf semuanya merupakan sifat yang dapat membinasakan seorang, dan semuanya sering timbul di hati seorang dan kesemuanya merupakan dosa-dosa besar yang menyebabkan datangnya siksa segera ataupun lambat. Dari situ dapat dibedakan antara sifat-sifat buruk yang ada di dalam hati dengan perasaan yang tergerak di dalam hati.
Jika keterangan kami di atas merupakan jawaban bagi pertanyaanmu, maka aku bersyukur kepada Allah swt. Tetapi kalau tidak, maka kirimkan kepada kami keterangan yang terdapat di dalam Kitab al-Khauf yang tidak engkau mengerti, agar kami dapat memberikan jawabannya untukmu.
Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad