Selamanya alam semesta akan tunduk kepada khaliknya. Siapapun yang taat kepada Allah swt, maka Allah swt akan cinta kepadanya, kalau Allah swt sudah cinta kepadanya, maka seluruh alam semesta akan tunduk kepada orang itu. Di dalam salah satu firman Allah swt pernah disebutkan:
إِبْنُ أٓدَمَ أَنَّا اللهُ الَّذِيْ أَقُوْلُ لِلشَّيْئِ كُنْ فَيَكُوْنُ، أَطِعْنِي أَجْعَلُكَ تَقُوْلُ لِلشَّيْئِ كُنْ فَيَكُوْنُ
Artinya: “Wahai putra Adam.. Akulah Allah yang dapat menjadikan segala sesuatu dengan kehendak-Ku, maka taatlah engkau kepada-Ku agar engkau dapat menjadikan segala sesuatu dengan kehendak-Ku “.
Maka apapun yang diinginkan dan dikehendaki oleh seorang ‘arifinbillah, akan terwujud dengan izin Allah swt. Akan tetapi karena keinginan mereka telah lenyap dari hati mereka, maka tidak suatu keinginan pun yang timbul dari hati mereka kecuali yang sesuai dengan kehendak Allah swt. Maka masalah ini perlu diperhatikan baik-baik, sebab masalah ini sangat pelik.
Intinya semua keinginan para arif billah selalu dikembalikan kepada Allah swt, sehingga keinginan mereka selalu sesuai dengan keinginan dan kehendak Allah swt. Tunduknya seluruh alam semesta kepada wali-wali Allah swt adalah sesuatu yang diketahui oleh umum, berdasarkan periwayatan yang mutawatir. Apa saja yang dikehendaki oleh para wali Allah swt akan terjadi, demi untuk lebih menguatkan keimanan mereka kepada Allah swt.
Pengalaman seperti ini dapat juga dialami oleh wali-wali Allah swt yang telah mencapai tingkatan fana. Hanya saja mereka sedikit yang merasakannya, karena jiwa mereka lenyap dan lebur dalam kefanaan dan mereka tidak mempunyai keterkaitan apapun dengan alam semesta.
Adapun wali-wali Allah swt yang telah mencapai tingkatan baqa’ yang kesibukannya hanya berdakwah ke jalan Allah swt, maka pengalaman seperti itu jarang terjadi, karena nafsu mereka telah puas dengan kehendak Allah swt dan keterkaitan mereka dengan alam semesta sudah terputus, sehingga mereka sudah tidak mempunyai keinginan apapun.
Namun ada kalanya mereka diberi izin untuk memperlihatkan kedigdayaannya bagi orang-orang yang lemah imannya atau bagi mereka yang mengingkari kekuasaan Allah atau untuk menunjukkan penghargaan Allah swt kepada wali-wali-Nya.
Andaikata, seorang menyuruh sebuah gunung untuk hancur atau menghendaki air laut untuk kering, pasti keinginannya akan terkabul karena izin Allah swt. Perlu diketahui, bahwa para wali Allah tidak pernah menginginkan karamah, mereka berkata: “Sebaik-baik karomah adalah istiqamah.”
Ucapan mereka ini mengandung ketidakpedulian mereka terhadap karamah dan mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan mengikuti jejak Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam secara lahir dan batin. Tidak seorang pun diantara mereka dapat meraih karamah kecuali setelah nafsunya menjadi sangat lembut setelah memperbanyak menekannya dan setelah mereka mampu menyimpan segala rahasia Allah swt dan setelah nafsu mereka tidak mempunyai keinginan apapun.
Siapapun di antara mereka yang mendapatkan karamah sebelum dapat membunuh hawa nafsunya, maka karamah yang diberikan kepadanya akan menjadi cobaan baginya, kecuali jika ia dilindungi oleh Allah swt. Dan ia telah melepaskan dirinya dari keterkaitan dengan alam semesta dan dari kesenangan apapun, ia hanya menyibukkan dirinya untuk mendekat kepada Allah swt, sehingga ia tidak mempunyai hubungan apapun dengan selain Allah swt.
Ia bagai seorang raja yang tidak butuh bantuan dan dukungan dari siapapun, ia tidak takut disaingi atau didesak oleh siapapun, seperti para penguasa yang selalu takut disaingi atau didesak oleh kaum perusuh. Sebab wali-wali Allah swt adalah penguasa akhirat, sedangkan para penguasa adalah penguasa bumi.
Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad