Kemudian asy-Syeikh Abubakar memuji para wali yang telah meraih ilmu mukasyafah dan musyahadah dengan ucapannya: Mereka adalah para tokoh, dan mereka telah berhasil membebaskan diri mereka dari perbudakan nafsu dan mereka telah menghilangkan segala noda di dalam hati dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, serta memfokuskan seluruh perhatiannya kepada hadirat Ilahi secara lahir dengan memperbanyak amal-amal kebajikan dan secara batin dengan merendahkan hatinya kepada Allah swt. Itulah sifat seorang sufi yang murni.”
Kaum sufi adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat terpuji seperti yang kami sebutkan diatas, yaitu: mereka yang tidak menodai keyakinannya dengan keraguan sedikitpun dan tidak menodai petunjuk dan amal-amal kebajikan mereka dengan kesesatan dan kebatilan sedikitpun. Karena itu, mereka senantiasa menekan diri dan bersungguh-sungguh hingga nafsunya bersih sehingga mereka mendapat ilmu-ilmu baik dan mereka mendapat petunjuk, sehingga mereka terhindar dari bodoh dan sesat, karena mereka telah merengkuh inti islam dan iman, bukan hanya kulit luarnya.
Mereka tidak dapat merengkuh inti iman dan islam kecuali setelah mengikuti tatakrama syari’at secara penuh, mempelajari ilmu-ilmu iman dan islam, mengamalkan dengan sungguh-sungguh dan mendidik moral mereka dengan menekan nafsu mereka sekuatnya.
Asumsi inilah yang dikatakan oleh asy-Syeikh Abubakar dengan ungkapan: “Mereka benar-benar mengikuti jejak para sesepuhnya….” Maksudnya mereka mempelajari ilmu-ilmu yang dibutuhkan serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh.
Berkaitan dengan menekan nafsu dan pembersihan jiwa, asy-Syeikh Abubakar mengungkapkannya sebagai berikut: “Dan kemudian mereka bersungguh-sungguh…” Setelah mereka bersungguh-sungguh mencari ilmu dan mengamalkannya dengan baik, maka hati bercahaya pandangannya terbuka, sehingga mereka dapat menyaksikan kemisterian alam malakut dengan mukasyafah dan musyahadah, sehingga segala yang mustahil dapat dihilangkan.
Selanjutnya ia berkata: “Mereka telah merengkuh ilmu yakin, kemudian mereka merengkuh pula ‘ainul yakin, bahkan mereka sampai merengkuh haqqul yakin tanpa keraguan. Mereka fana dari alam semesta, ketika melihat alam musyahadah. Mereka hidup setelah mereka mati, ketika mereka menyaksikan alam musyahadah.”
Perlu diketahui bahwa ilmu yakin membuktikan keimanan yang mantap yang di dukung oleh bukti-bukti yang jelas. Adapun ainul yaqin lebih tinggi tingkatannya dari ilmu yakin, karena, pada tingkatan ini seseorang sudah tidak butuh dengan dalil apapun karena, bukti-buktinya telah nyata di hadapan mata.
Adapun haqqul yaqin tingkatannya paling tinggi, yang di kenal dengan ilmu mukasyafah, pengetahuan ini hanya diberikan kepada para wali senior dan para ‘arif pilihan yang mewarisi dari para nabi dan para as-Shiddiqin. Dan masalah ini tidak perlu diragukan kebenarannya, karena bukti-buktinya telah jelas.
Adapun fana dari alam semesta merupakan suatu kondisi yang mulia, yang diberikan oleh Allah swt kepada wali-wali-Nya. Maksudnya mereka meleburkan diri mereka dari alam semesta, sehingga mereka dapat menyaksikan hakikat diri mereka dan kemisterian alam lain. Hasil dari kefanaan seseorang dapat menyaksikan sifat-sifat Allah swt Yang Maha Mulia dan Maha Benar, jika hal ini terjadi, maka segala sikap dirinya dan alam semesta menjadi hilang dan lenyap, yang ada hanya alam Allah swt Yang Maha Mulia dan Maha Benar.
Ketika fana telah benar-benar terwujud, maka sifat-sifat Allah swt akan tampak jelas bagi pelakunya, sehingga arwah mereka menjadi sentosa, diri mereka lenyap mereka melebur terhadap sifat ketuhanan yang maha sempurna dan mereka merasa bahagia dan senang berada di sisi Allah swt dan perasaan ini tidak dapat disifatkan nikmatnya dan keindahannya, karena itu, tingkatan ini sangat diharap oleh para wali Allah swt.
Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad