2. Sabar menghadapi berbagai karakter anak
Seorang guru atau orang tua harus memiliki kesabaran dalam menghadapi tingkah laku dan tingkat kecerdasan anak-anak didiknya. Karena semuanya adalah ujian dari Allah SWT.
Memang fitrah manusia condong mencintai anak yang penurut, pandai, cerdas dan berakhlak baik. Namun kecintaan itu tidak boleh menghalanginya untuk mendidik dengan adab dan berbuat adil terhadap semua anak didiknya. Rasulullah sangat mencintai Fatimah, namun beliau bersabda :
وَأَيْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا (رواه البخاري
Artinya : “Demi Allah, bila Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh Aku akan memotong tangannya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Bila pendidik mendapati anak didiknya yang bandel, kurang beradab, tidak cerdas atau banyak tingkah, maka kebenciannya tidak boleh menyeretnya untuk berbuat zalim.
Upaya perbaikan terhadap anak yang nakal atau banyak tingkah bisa diusahakan tanpa pukulan. Bisa dengan nasihat secara lisan, atau dibentak, atau ditakut-takuti tanpa berlebihan sehingga tidak menimbulkan sikap minder pada anak. Hal itu dilakukan terlebih dahulu disertai dengan doa karena Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda :
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
Artinya : “Sesungguhnya kelemah lembutan itu tidak ada dalam suatu perkara kecuali akan menjadikannya bagus, dan tidaklah kelemah lembutan itu dicabut dari sesuatu melainkan akan menjadikannya jelek.” (HR. Muslim dari Aisyah)
Dari Aisyah ra, dia berkata : “Tidaklah Rasulullah diberi pilihan antara dua perkara kecuali beliau akan memilih yang paling mudah atau yang paling ringan, selama bukan dosa.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Sumber : Pendididkan Anak dalam Islam – Kasyful Anwar Syarwani