Definisi Menggunjing (Ghibah)
Menggunjing adalah engkau membicarakan orang lain berkenaan dengan sesuatu yang jika ia mendengar. maka ia tidak merasa senang. Baik kekurangan fisik. keturunan, akhlak, ucapan, urusan agamanya. dunia. bahkan pakaian. rumah dan kendaraannya.
Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam., “‘Apakah kalian mengetahui apa menggunjing itu?’ Para sahabat menjawab. ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui!’ Rasulullah berkata, “Kalian menyebut kekurangan orang lain tanpa sepengetahuannya.” Para sahabat lantas bertanya, ‘Bagaimana jika apa yang kami katakan itu benar adanya?’ Rasulullah menjawab, “Jika apa yang kalian katakan itu benar adanya. maka kalian telah menggunjingnya; bila apa yang kalian katakana tidak benar adanya, maka kalian telah berdusta.”
Menggunjing sebagaimana bisa dilakukan dengan ucapan juga bisa dilakukan dengan isyarat, sindiran, cemoohan, tulisan, gerakan, dan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menggunjing. Semua ini diharamkan karena termasuk menggunjing.
Termasuk menggunjing adalah ucapan, “Sebagian orang yang lewat di sini pada hari ini,” atau “Sebagian orang yang telah kami lihat”, dan dengan satu ketentuan: jika orang yang diajak bicara itu mengerti bahwa yang dimaksudkan adalah orang tertentu. Apabila yang diajak bicara tidak paham, maka tidak termasuk gunjingan.
Gunjingan yang paling keji adalah gunjingan yang dilakukan oleh ulama yang riya (suka pamer). Mereka berperilaku seperti perilaku ahli kebaikan agar tampak bahwa dirinya terjaga dari menggunjing. Tetapi mereka menggunjing dengan sindiran.
Seperti ucapannya tentang seseorang, “Segala puji bagi Allah yang tidak menguji kami masuk ke tempat penguasa yang tidak malu meminta harta dunia.” Atau ia berkata, “Kami berlindung kepada Allah dari sifat tidak punya rasa malu, dan kami memohon kepada Allah agar kami dijaga dari sifat tidak punya malu.” Dengan tujuan untuk membuka aib orang lain.
Atau dengan ucapan, “Bagus benar perbuatan si Fulan. la rajin beribadah, tetapi sekarang ia ditimpa kemalasan. Sekarang ia diuji dengan cobaan yang pernah diujikan kepada kita semua, yaitu kurang sabar terhadap larangan agama.”
Dengan berbuat demikian, ia telah menggunjing, riya’ dan menganggap dirinya bersih. Seakan-akan ia mencontoh orang saleh dengan mencela dirinya sendiri.
Termasuk gunjingan adalah menyebut kekurangan orang lain di depan umum yang tidak diperhatikan oleh orang banyak. Kemudian ia berkata, “Mahasuci Allah, alangkah mengagumkan orang ini!” sehingga orang-orang yang mendengar jadi mengerti akan maksud dari ucapannya itu. Atau ucapan seseorang ‘aku bersedih terhadap apa yang dialami oleh sahabat kita’ dengan tujuan untuk meremehkannya dan menyembunyikan kehohongannya. jika ia jujur dan tulus maka niscaya ia akan berdoa saat berada dalam kesendirian atau selepas shalat.
Termasuk dalam kategori menggunjing adalah mendengarkan gunjingan dengan semangat agar orang yang menggunjing tambah semangat dalam menggunjing. Itu adalah ungkapan yang membenarkan orang yang menggunjmg. Bahkan, diam di hadapan orang yang menggunjing sama dengan menggunjing,
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda; “Barang siapa tidak menolong orang muslim lain yang dihina, padahal ia mampu menolongnya, niscaya Allah akan menghinakannya di hadapan orang banyak pada Hahi Kiamat.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salambersabda; “Barangsiapa membela kehormatan saudaranya yang sedang tidak ada di tempat, niscaya Allah membela kehormatannya pada Hari Kiamat”
Dalam riwayat Imam Thabrai. “Maka Allah akan palingkan wajahnya dan api neraka pada Hari Kiamat.”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz