Salah dalam berkata-kata dapat berdampak negatif, apalagi yang berhubungan dengan Allah dan sifat-sifat-Nya serta perkara-perkara agama lainnya. Seseorang yang kurang pengetahuan ilmu dan kefasihannya, maka perkataannya tidak terhindar dari kesalahan.
Ibrahim An-Nakha’i berkata, ” Jika seseorang berkata kepada kawannya wahai keledai… Allah akan bertanya kepadanya pada hari kiamat. ‘Apakah engkau melihat-Ku menciptakannya sebagai keledai?’
Umar ra berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
“Sesungguhnya Allah melarangg kalian bersumpah dengan nama-nama orang tua kalian, Barangsiapa bersumpah hendaklah bersumpah atas nama Allah atau hendaknya ia diam“.
Umar kemudian berkata. “Demi Allah, aku tidak pernah bersumpah dengan nama orang tuaku sejak aku mendengar larangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam”
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda: “Janganlah kalian sebut anggur itu karam (kemuliaan), karena sungguhnya karam(kemuliaan) itu adalah seorang Muslim”
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda. “Janganlah seseorang berseru kepada hamba sahayanya, ‘wahai hambaku’ (laki-laki atau perempuan), karena masing-masing kalian adalah hamba Allah (laki-laki atau perempuan). Akan tetapi, hendaklah ia memanggilnya dengan ‘wahai ghulamku’ (budak laki-laki kecil) atau ‘wahai jariyahku (budak perempuan kecil). Dan hendaklah seorang hamba sahaya tidak menyeru tuannya dengan ucapan, Rabb-ku (tuan laki-laki atau perempuan) akan tetapi hendaklah ia berseru ‘wahai sayyid-ku;’ (tuan laki-laki atau perempuan) karena masing-masing kalian adalah hamba Allah dan Tuhan kalian adalah Allah Ta’ala’.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Jangan kalian berkata kepada orang fasik ‘sayyidina’ (Pemimpin kami). Karena jika ia pemimpin kalian, maka kalian telah membuat Allah murka”.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz