Dalam memuji (menyanjung) terdapat enam bahaya: empat bahaya akan menimpa orang yang memuji dan dua bahaya akan menimpa orang yang dipuji.
Empat bahaya yang akan menimpa orang yang memuji adalah:
- Terjemmus ke dalam dusta
Dalam memuji sesearang kadang berkata berlebihan, hingga masuk dalam kedustaan.
- Terjerumus dalam riya (pamer)
Dalam pujian kadang terselip perasaannya jika seseorang tidak bersungguh-sungguh dengan apa yang ia katakannya, ia bias terjerumus kedalam kepura puraan dan kemunafikan.
- Kebenaran yang tidak bisa dibuktikan
Kadang seseorang memuji orang lain dengan mengatakan sesuatu yang tidak dapai dibuktikan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda :
“Andaikan dari kalian harus memuji temannya, hendaknya ia berkata,” aku kira fulan itu begini …. Aku tidak memastikan fulan itu suci.. karena penilaian seseorang itu ada ditangan Allah”
Hal ini terkait dengan puiian yang sifatnya mutlak. seperti ucapan ia adalah orang yang bertakwa, orang yang wara’, orang yang zuhud atau ia orang baik.
Bila engkau berkata. “Aku melihat dia shalat malam, bersedekah dan menunaikan ibadah haji” Ini adalah perkara yang dapat diketahui dengan pasti.
- Pujian kadang menyenangkan hati orang yang dipuji, padahal sehenarnya ia adalah orang yang zalim atau orang fasik.
Hasan Al-Bashri berkata, “Barangsiapa mendoakan orang zalim agar dipanjangkan umurnya berarti ia senang Allah didurhakai diatas muka bumi ini”.
Adapun bahaya yang akan menimpa orang yang dipuji ada dua. Yaitu:
- Menimbulkan kesombongan dan kehanggaan diri.
Sombong dan bangga diri merupakan dua sifat yang dapat membinasakan seseorang, Haaan Al-Basyri berkata, “Ketika Umar ra. sedang duduk bersama sekelompok orang, tiba-tiba Al-jarud ibn Mundzir datang. Lantas salah seorang dari mereka berkata. ‘Orang ini adalah kepala suku Rabi’ah.’ Perkataan mi didengar langsung oleh Umar dan orang-orang yang ada di sekitarnya termasuk Al Jarud Kelika Al-Jarud mendekati Umar, Umar Langsung memukulnya dengan cambuk yang ada ditangannya.
Al-Jarud lantas bertanya. ‘Apa yang terjadi antara diriku dan dirimu hingga engkau mencambukku wahai Amirul Mukminin? Umar menjawab, ‘Apakah engkau tidak mendengar perkataan tadi? Al Jarud lalu menjawab, ‘Aku mendengarnya, lantas kenapa? Umar kemudian berkata, Aku khawalir perkataan tadi mempengaruhi hatimu (menjadi sombong) maka aku ingin menundukkan kepalamu”
- Orang yang dipuji terkadang akan meniadi berbesar hati, senang lalu menjadi lemah dan malas untuk berbuat baik kembali.
Mutharrif berkata, Setiap kali aku mendengar pujian atau sanjungan pasti bergetar. Sedangkan Ziyad ibn Abu Muslim berkata, “Setiap orang yang mendengar pujian atau sanjungan untuk dirinya pasti akan digoda oleh setan untuk bersikap riya’, akan tetapi soorang mukmin akan selalu melihat dilirinya sendiri (tawadhu).
Ibnu Mubarak berkata, “Perkataan Ziyad dan Mutharrif itu benar, yang dimaksud oleh Ziyad adalah hati orang awam, sedang yang dimaksud oleh Mutharrif adalah hati orang khusus”. jika pujian atau sanjungan tidak membahayakan orang yang dipuji atau orang yang memuji, maka pujian tidak dilarang bahkan kadang diaujurkan. Rasulullah terkadang memuji sahahat-sahabat beliau. beliau memuji dengan penuh kejujuran dan mata batin. Dan para sahaba tidak menjadi sombong, bangga diri dan hilang semangat untuk ibadah dengan pujian itu. karena kemulian dan kedudukan mereka.
Hendaklah orang yang dipuji bisa menjaga diri dari bahaya kesombongan, bangga diri dan hilang semangat dalam kebajikan. Orang yang dipuji akan selamat dari bahaya itu dengan mengenali dirinya dan memperhatikan bahaya penghabisan yang buruk (su’ul khatimah), penyakit riya dan perusak amal kebajikan.
Sufyan ibn ‘Uyainah berkata. “Pujiian tidak akan berbahaya bagi orang yang mengenali dirinya”
Seorang saleh dipuji, lalu ia berkata. “Ya Allah, sungguh mereka tidak mengenal diriku, sedang Engkau Maha Mengetahui akan kekurangan diriku!”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz