Penyebab keteperdayaan seperti ini adalah tipu daya iblis. Kadang orang-orang teperdaya itu melihat kenikmatan-kenikmatan di dunia lalu menganalogikannya dengan kenikmatan akhirat. Kadang kala mereka melihat adanya penundaan azab kepada mereka, lalu mereka mengatakan, “Mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan itu?” (QS Al-Mujadilah [58]: 8). Allah pun menjawab, “Cukuplah bagi mereka neraka jahanam yang akan mereka masuki. Maka neraka itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS Al-Mujadilah [58]: 8). Adakalanya mereka melihat kondisi orang-orang mukmin yang miskin, dekil, dan berdebu; lalu mereka menghina orang-orang mukmin itu dan mengatakan, “Apakah orang-orang semacam ini di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” (QS Al-An’am [6]: 53). “Sekiranya Al-Quran itu sesuatu yang baik, tentu mereka tidak pantas mendahului kami (beriman) kepadanya” (QS Al-Ahqaf [46]: 11). Mereka mengira bahwa nikmat kepada mereka di dunia merupakan bentuk kasih sayang. Dengan demikian, mereka telah teperdaya karena menyangka diri mereka mulia di sisi Allah.
Orang yang mempunyai dua budak kecil melarang salah satu di antara mereka bermain. la memerintahkannya berdiam di rumah, melarangnya mengonsumsi makanan-makanan yang berbahaya, dan memberinya obat. Pada saat yang sama, ia membiarkan budaknya yang lain melakukan apa saja. Budak yang dibiarkan berbuat apa saja lalu menyangka dirinya dicintai oleh majikannya karena sang majikan memberinya kebebasan untuk menuruti nafsu. Ini merupakan tipu daya. Sesungguhnya Allah melindungi hamba-Nya dari dunia karena mencintainya, sebagaimana engkau melindungi temanmu yang sakit dari beberapa jenis makanan dan minuman karena engkau mencintainya. Demikian sebagaimana disebutkan dalam hadits. Allah Swt. Berfirman, Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, ia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Namun, apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, ia mengatakan, “Tuhanku telah menghinaku.” Sama sekali tidak (QS Al-Fajr [89]: 15-17). Tipu daya semacam ini bisa disembuhkan dengan mengetahui adanya tanda-tanda kemuliaan dan kehinaan, baik dengan mata batin dan ilham bagi orang-orang arif maupun dengan bertaklid dan membenarkan firman-firman Allah. Misalnya, Allah berfirman, Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya (QS Al-Mu’minun [23]: 55-56). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui (QS Al-Qalam [68]: 44). Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba. Maka ketika itu, mereka terdiam putus asa (QS Al-An’am [6]: 44). Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah (QS Ali ‘Imran [3]: 178). Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, QS Ibrahim (14): 42. Dan masih banyak lagi firman-Nya yang lain.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz