Adapun penyembuhan dengan pembuktian logis berarti menjelaskan kesesatan analogi-analogi tersebut. Dalam analogi pertama terdapat dua premis. Premis pertama menyatakan, “Dunia bersifat kontan, sedangkan akhirat tidak kontan.” Premis ini logis dan benar.
Premis kedua menyatakan, “Yang kontan lebih baik daripada yang ditunda” Di sinilah letak pemutarbalikan faktanya. jika yang dibayarkan secara kontan sama jumlah dan ukurannya dengan yang dibayarkan di belakang hari (ditunda), tentu saja kontan lebih baik. Namun, jika jumlah dan ukuran yang kontan lebih sedikit, pembayaran yang ditunda tentu saja lebih baik. Ini seperti orang yang menjual barang secara tunai dengan harga satu dirham, tetapi menjualnya secara kredit dengan harga 10 dirham. Tentu sang penjual tidak akan mengatakan bahwa kontan lebih baik daripada kredit. Jika dokter melarang seseorang mengonsumsi makanan-makanan yang lezat, niscaya ia akan meninggalkan makanan-makanan itu seketika karena takut tertimpa sakit di masa mendatang.
Usia manusia yang paling lama adalah seratus tahun, dan itu tidak lebih daripada seper sekian juta dari usia akhirat. Karena itu, orang yang mementingkan akhirat seakan-akan meninggalkan satu yang kontan guna mendapatkan sekian juta atau bahkan sejumlah yang tak terhingga di akhirat. Di samping itu, kualitas kenikmatan dunia tercemar dengan berbagai kotoran, sedangkan kenikmatan akhirat bersih dan murni.
Jika sudah jelas kesesatan analogi yang pertama, setan akan segera berpaling pada analogi berikutnya, “Keyakinan (kepastian) lebih baik daripada keraguan (yang tidak pasti).” Analogi ini lebih sesat lagi karena kedua premisnya salah. Pedagang pasti akan menderita kelelahan, tetapi belum tentu mendapatkan keuntungan. Nelayan pun belum tentu mendapatkan ikan, tetapi sudah pasti akan mondar mandir di tempat ia mencari ikan. Akan tetapi, tekad kuat adalah karakter orang-orang yang berakal. Pada semua contoh tersebut, kepastian (keyakinan) ditinggalkan demi yang tidak pasti.
Premis kedua dari analogi kedua menyatakan, “Akhirat tidak pasti.” Premis ini juga tidak benar. Akhirat itu sudah pasti bagi orang-orang mukmin. Keyakinan itu mereka peroleh melalui dua jalan, yaitu [1] iman atau pembenaran, dan [2] wahyu bagi para nabi atau ilham bagi para wali. Yang dimaksud dengan makrifat para nabi adalah terbukanya mata batin mereka untuk melihat hakikat segala sesuatu (musyahadah), sama seperti engkau melihat benda-benda kasatmata dengan mata telanjang. Dengan demikian, para nabi menyampaikan risalah yang didapat melalui musyahadah, penyaksian secara langsung.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz